TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta, Subejo, mengatakan banyaknya hidran yang tak berfungsi di Jakarta membuat timnya harus lebih bekerja keras untuk memadamkan api. Tapi, Subejo menemukan solusinya yakni dengan memanfaatkan empang, waduk, hingga kolam milik warga.
Subejo menjelaskan, penggunaan kolam publik dibenarkan dalam standar pemadam kebakaran. "Jangankan kolam, merobohkan bangunan dalam konsidi darurat seperti itu saja boleh kok," kata Subejo, saat dihubungi, Rabu 11 Maret 2015.
Khusus untuk kolam milik pribadi, dia mengatakan harus ada persetujuan dari pemilik terlebih dahulu. Selain itu, air yang terpakai akan diganti. Adapun beberapa waduk yang dijadikan sumber air di Jakarta adalah Sunter dan Pluit. Subejo sudah meminta agar Dinas Pekerjaan Umum untuk mempertahankan ketinggian muka air di beberapa waduk.
Subejo sempat mengeluhkan keringnya kali di daerah Kebon Melati saat terjadinya kebakaran wisma Kosgoro. Padahal kali tersebut seharusnya bisa digunakan sebagai alternatif sumber air untuk pemadaman api.
Dalam melakukan pemadaman kebakaran di wisma Kosgoro, Dinas Pemadam Kebakaran menggunakan air dari kolam bundaran Hotel Indonesia. Hidran di daerah tersebut tak berfungsi maksimal. Tak hanya di sana, ratusan hidran di Jakarta tak mengalirkan air. Padahal peralatan tersebut penting untuk memadamkan kebakaran.
Subejo mengakui kebanyakan hidran di Jakarta memang tak berfungsi sebagai mana mestinya. Sebagai solusi, dinas juga menggunakan hidran kering. Pengadaan hidran jenis ini tak melibatkan Perusahaan Daerah Air Minum. Persediaan air benar-benar berasal dari pemadam kebakaran. "Mirip seperti hidran yang dipasang di gedung-gedung biasanya," ujarnya.
Tahun ini, Dinas Pemadam Kebakaran rencananya akan melakukan pengadaan hidran baru. Dinas pemadam sudah melakukan survey di beberapa tempat yang dianggap cocok untuk dipasangi hidran. Namun karena anggaran dari APBD belum jelas, Subejo belum bisa merinci jumlah maupun biayanya.
FAIZ NASHRILLAH