TEMPO.CO, Jakarta - Pihak Sekolah Menengah Pertama Al-Jannah, Cibubur, Jakarta Timur, mengaku bahagia dan bersyukur atas ditemukannya salah satu siswi mereka, Nadhira Fajriani Ramadhan, 14 tahun. Siswi kelas IX SMP Al-Jannah yang dinyatakan hilang sejak Sabtu, 7 Maret 2015, itu akhirnya ditemukan dengan sehat dan selamat di kawasan Kota, Jakarta Barat, Jumat, 13 Maret 2015.
"Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pencarian sehingga siswa kami tersebut dapat ditemukan," kata Koordinator Humas Al-Jannah Yossi Srianita dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu, 18 Maret 2015.
Namun Yossi membantah bila minggatnya Nadhira disebut dipicu perisakan (bullying) oleh teman-teman sekolahnya. Yossi mengklaim tidak ada siswa-siswi SMP Al-Jannah yang merisak Nadhira.
"Sesuai dengan fakta dan informasi di lapangan, apa yang telah disampaikan oleh orang tua Ananda Nadhira tentang bullying, seperti dijambak, ditendang, dan diludahi, itu sama sekali tidak pernah terjadi di sekolah Al-Jannah," kata Yossi.
Hubungan pertemanan antara Nadhira dan kawan-kawannya, Yossi berujar, hingga saat ini juga tidak bermasalah.
Yossi menjelaskan, Nadhira adalah siswi pindahan dari sebuah sekolah swasta di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, yang masuk ke SMP Al-Jannah pada pertengahan tahun ajaran 2014-2015, tepatnya pada Januari 2015.
Adapun perisakan terhadap Nadhira diungkap orang tuanya kala Nadhira masih menghilang. Yeni Mardiani, 47 tahun, ibu Nadhira, mengatakan anaknya meminta pindah sekolah akibat perisakan yang diterimanya di sekolah tersebut.
"Ini sekolah kedua Nadhira. Satu setengah tahun tahun lalu kami pindah ke Cibubur untuk membantu recovery Nadhira," kata Yeni. Ia lalu menceritakan, saat duduk di kelas VII SMP di sebuah sekolah swasta, Nadhira mendapat perlakuan buruk dari lima teman perempuannya.
"Anak saya sampai dijambak, diinjak, dan diludahi," katanya. Upaya Yeni melindungi anaknya tidak berhasil. Pihak sekolah pertama selalu berkilah tidak mengetahui ketika perisakan menimpa Nadhira.
Upayanya mengajak bertemu dengan orang tua anak-anak pelaku tersebut juga tidak dijembatani oleh sekolah. "Anak-anak itu akhirnya dipanggil dan membuat surat perjanjian untuk tidak lagi mem-bully anak saya. Tapi setelah itu tindakan mereka malah makin kasar," kata Yeni.
Untuk mengobati trauma Nadhira, ia mengatakan telah membawa putrinya ke psikolog dan motivator. Namun upaya itu belum membuahkan hasil.
Adapun harapan memulihkan kondisi Nadhira akhirnya kandas. Di sekolah yang baru, Nadhira mengaku masih mengalami perisakan. Nadhira kerap melapor kepada Yeni tentang serangan kata-kata kasar dari temannya.
NIEKE INDRIETTA | MAYA NAWANGWULAN