TEMPO.CO, Bogor - Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor memberi tanda silang pada pohon-pohon yang rawan tumbang dan keropos sebagai tanda untuk segera ditembang atau dipangkas.
"Kami memberikan tanda silang untuk pohon-pohon yang rawan tumbang, selain untuk tanda buat kita melakukan pemangkasan atau penebangan, juga peringatan kepada warga untuk menjauhi pohon tersebut," kata Kepala Bidang Pertamanan pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor Yadi Karyadi di Bogor, Kamis, 19 Maret 2015.
Yadi mengatakan berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan DKP pada akhir 2014 ada sebanyak 14.521 pohon yang tersebar di sejumlah wilayah di Kota Bogor. Dari jumlah tersebut, terdapat 212 pohon yang rawan tumbang.
"Kami sudah melakukan penebangan dan pemangkasan secara intens sejak awal 2015. Tercatat sudah 147 pohon telah kami tebang dan pangkas," katanya.
Menurut Yadi, saat ini masih ada kurang-lebih 68 pohon yang harus segera dipangkas dan ditebang. Pohon-pohon tersebut berukuran besar hingga sedang dan letaknya tersebar di sejumlah jalan-jalan protokol.
"Kami sudah mengajukan kerja sama dengan pihak swasta untuk membantu kegiatan penebangan dan pemangkasan pohon rawan di Kota Bogor. Sistemnya kontrak. Pihak swasta yang digandeng harus berbadan hukum," katanya.
Menurut Yadi, keterbatasan personel dan sarana prasarana untuk pemangkasan dan penebangan pohon rawan tumbang membuat mereka mencari solusi dengan melimpahkan kewenangan kepada pihak swasta yang akan dikontrak untuk menebang dan memangkas pohon-pohon rawan tumbang.
Saat ini, kata dia, kekuatan DKP untuk melakukan pemeliharaan, penebangan, dan pemangkasan pohon berjumlah 17 orang, enam unit mesin chainsaw, satu mobil operasional, dan mobil tangga berukuran kecil.
"Kami belum memiliki mobil tangga yang berukuran besar, dan tahun ini dianggarkan pengadaannya. Mobil tangga ukuran besar sangat dibutuhkan untuk memangkas dan memotong pohon yang berukuran tinggi," katanya.
Yadi menambahkan, pemberian tanda silang dengan cat putih pada pohon rawan tumbang dapat dilihat oleh masyarakat dari sudut manapun, sehingga diharapkan masyarakat dapat menghindari pohon-pohon itu.
"Jumlah pohon rawan tumbang itu tidak bisa dipastikan segitu, karena bisa jadi pohon itu terlihatnya masih bagus kondisinya tetapi di dalamnya keropos. Maka dari itu, masyarakat harus tetap berhati-hati untuk menghindari berteduh di bawah pohon," katanya.
Selama Maret ini terjadi beberapa kali pohon tumbang di Kota Bogor, kejadian pertama pada Kamis, 12 Maret, pohon jati tumbang di depan kantor Kelurahan Cibadak, Kecamatan Tanah Sareal. Kejadian serupa terjadi pada Minggu, 15 Maret, di Jalan Raya Pajajaran, Kecamatan Bogor Tengah.
Pohon jenis angsana setinggi 15 meter dan berdiameter 90 cm tumbang dan menimpa dua kendaraan yang tengah melintas di jalan tersebut hingga ringsek. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
ANTARA