TEMPO.CO, Jakarta--Suasana duka menyelimuti rumah orang tua Akseya Ahad Dori di Perumahan TNI Angkatan Udara, Griya Avia Ceria, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Akseya adalah mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia yang ditemukan meninggal di danau di kampusnya, Kamis pekan lalu.
Jenazah Ace—sapaan akrab Akseya—tiba di Yogyakarta dan langsung dimakamkan, kemarin. Korban merupakan putra kedua perwira menengah yang bekerja sebagai dosen di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta, Kolonel Murdoto.
Polisi masih menyelidiki kasus kematian Ace. Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Depok Komisaris Agus Salim mengatakan ada temuan secarik kertas di kamar kosnya di Beji, Depok, yang ditulis tangan. Pesan itu ditulis dalam bahasa Inggris, yang bunyinya, "Will not return for please don’t search for existence my apologies for everything eternally.
Surat tersebut, menurut Agus, memperkuat dugaan bahwa mahasiswa itu mengalami depresi sehingga menenggelamkan diri di danau kampus. Dari hasil otopsi di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, ditemukan ada lebam di bagian dadanya. “Tapi belum diketahui penyebabnya,” katanya.
Sejak ditemukan pada Kamis pekan lalu, identitas Ace baru terungkap setelah orang tua korban datang dari Yogyakarta dan mendatangi Rumah Sakit Polri, Senin lalu. Orang tua Ace terakhir mengontak anaknya itu pada 21 Maret. Kemudian mereka membaca berita di media tentang adanya jenazah di UI, dan hal itu membuat mereka curiga. “Saya yakin anak saya karena ada sapu tangan milik saya,” kata ayah Ace, Murdoto.
Yohanes, teman satu kosnya, mengatakan bahwa Ace dikenal senang bermain online game. Dia sering terlihat pergi ke warnet seusai pulang kuliah. Meski tidak kepada semua temannya, menurut Yohanes, Ace juga bisa bercanda. “Tapi Ace memang jarang mengutarakan masalah pribadi.”
Pengelola kos-kosan, Edi Sukardi, melihat Ace, yang tinggal di kamar 208 sejak 2013, terakhir kali pada Selasa pekan lalu. Beberapa barang ditinggalkan Ace di kamarnya, di antaranya dompet, laptop, dan ponsel. Adapun surat terakhir yang ditempel di tembok dipercaya ditulis Ace sebelum ia ditemukan tewas. “Barang-barang itu sudah dibawa polisi.”
Kepala Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI, Yasman, mengatakan, sejak semester awal hingga kini, indeks prestasi Ace cenderung menurun. “IP dia tak sampai angka 3, jadi saat ini IPK (indeks prestasi kumulatif)-nya pun hanya sekitar 2,5,” tuturnya.
Padahal, kata Yasman, Ace sempat masuk jajaran peserta dengan nilai biologi terbaik untuk Olimpiade Nasional yang diadakan Pertamina tahun lalu. Tapi Ace hanya menang di tingkat regional (Banten, DKI, dan sekitarnya). “Saat diseleksi untuk tingkat nasional, nilai Ace kalah dibanding mahasiswa lain dari Jurusan Fisika.”
Teman Ace di SMA 8 Yogyakarta, Fico Harjanto, mengaku kaget mendengar kematian sahabatnya itu. Dia mengenal Ace sebagai pribadi yang taat beribadah dan sederhana. “Ace anak yang pintar dan periang, kami di SMA sama-sama duduk di kelas akselerasi,” kata Fico.
Ace masuk UI melalui jalur talent scouting, yaitu jalur yang diperuntukkan bagi pelajar peserta Olimpiade Sains Nasional. Saat belajar di SMA Negeri 8 Yogyakarta, Ace mulai memperlihatkan bakatnya dalam bidang biologi. Sejak 2011, dia menjadi peserta Olimpiade. Tahun berikutnya, dia berhasil menduduki peringkat ke-28 tingkat nasional.
TIM TEMPO