TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat penerbangan Alvin Lie Ling Piao takjub saat tahu Mario Steven Ambarita, 21 tahun, masih hidup setelah menumpang di ruangan roda pesawat Garuda Indonesia GA 177. Sebab kondisi yang dialami Mario bisa disebut ekstrim.
"Mario masih hidup itu betul-betul ajaib. Orang bisa tewas. Tindakan seperti Mario artinya melawan kekurangan oksigen dan suhu dingin ekstrim hingga minus 28 derajat Celcius," kata Alvin kepada Tempo saat dihubungi, Rabu, 8 April 2015.
Nama Mario tersorot karena menumpang di rongga roda pesawat Garuda tujuan Pekanbaru-Jakarta pada Selasa, 7 April 2015. Saat ditemukan, ia masih hidup meskipun tubuhnya membiru.
Tubuh membiru itu, diyakini Alvin karena Mario menempa kondisi ekstrim. Di atas 10 ribu kaki, menurut Alvin, oksigen sangat minim--nyaris nol. Suhu pada ketinggian itu diprediksi bisa mencapai minus 28 derajat Celcius. Nah, ini yang diyakini Alvin membuat biru tubuh Mario.
"Sebab tekanan tubuh tertempa, bahkan tekanan pembuluh darah melar. Normalnya, orang tak bakal sanggup bertahan," ujar Alvin.
Ruangan tempat roda pesawat berada, kata Alvin, berbeda dengan ruangan kabin untuk penumpang. Paling kentara adalah soal insulator. Penyekat antar-ruangan itu bisa menahan suhu ekstrim panas dari mesin maupun suhu ekstrim dingin dari udara di ketinggian langit.
Di kabin, penumpang bisa merasa nyaman karena oksigen dan suhu diatur sedemikian rupa. Penumpang bahkan bisa tidur nyenyak karena tak bakal terganggu dengan kondisi ekstrim di luar kabin.
Sedangkan kondisi di ruangan roda jauh berbeda. Alvin menjamin terjadi penurunan suhu drastis. "Temperatur bisa drop karena memang tidak didesain untuk mahluk hidup," kata eks pilot senior itu.
Satu lagi kondisi yang diyakini dialami Mario, yaitu kebisingan mesin pesawat. "Suara mesin jet pesawat sangat berisik jika didengar tanpa peredam, jauh lebih bising ketimbang saat pesawat dalam kondisi idle di bandara," ujar dia.
MUHAMAD RIZKI