TEMPO.CO , Jakarta - Operasi Simpatik 2015 telah dimulai sejak 1 April 2015. Melalui operasi ini, kepolisian ingin menumbuhkan kesadaran berlalu lintas dengan tertib. Bukan memberikan tindakan dalam surat tiang maupun penyitaan kendaraan.
Untuk menumbuhkan kesadaran terhadap berlalu lintas, Polda Metro Jaya mengusung boneka khas Betawi: ondel-ondel. Boneka ini digunakan agar memudahkan sosialisasi peraturan mengenai tertib lalu lintas dengan cara ditempatkan di sejumlah titik.
Kepala Subdirektorat Pembinaan dan Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Hindarsono mengatakan alat peraga ondel-ondel itu dipilih untuk menarik perhatian. "Itu bagian dari budaya kearifan lokal untuk menarik perhatian," kata dia Jumat 10 April 2015.
Yang memainkan ondel-ondel, kata Hindarsono, tak lain anggota polisi sendiri. Mereka menggunakan kostum ondel-ondel yang terdapat pemberitahuan dan himbauan berlalu lintas. Seperti Berhenti di Belakang Garis Stop, Gunakan Helm Standar Depan dan Belakang, Harga Nyawa Tak Semurah Batu Cintin.
Sosialisasi menggunakan ondel-ondel itu, kata Hindarsono, dilakukan setiap hari di sejumlah lokasi berbeda-beda. Contohnya di perempatan Kuningan dan Bundaran HI. "Itu rutin kami lakukan di jam-jam tertentu dan titik-titik berbeda," ujarnya.
Biasanya, ondel-ondel itu beraksi pada pagi hari dan sore hari. Titik-titik yang pernah menjadi pilihan adalah CSW, Kuningan, Bundaran HI dan perempatan besar lainnya.
Selain menggunakan ondel-ondel, petugas juga menyiapkan papan pemberitahuan yang dipegang sendiri oleh petugas. Ada pula spanduk-spanduk yang terpasang di ruas-ruas jalan ramai.
NINIS CHAIRUNNISA