TEMPO.CO, Jakarta - Teka-teki kematian Aksyena Ahad Dori yang ditemukan tewas mengambang di Danau Kenanga, Universitas Indonesia, pada 28 Maret 2015 belum jelas. Musababnya, Kepolisian Resor Depok belum bisa memastikan apakah mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam itu dibunuh atau bunuh diri.
Ayah Akseyna, Kolonel Sus Mardoto, mengatakan kematian anaknya yang berusia 18 tahun itu tidak wajar. "Keluarga melihat banyak kejanggalan," katanya ketika dihubungi Tempo, Senin, 20 April 2015."
Kejanggalan pertama, ucap Mardoto, soal tas milik Akseyna. Dalam tas itu, ditemukan bongkahan batu yang diduga untuk menenggelamkan pria yang akrab disapa Ace.
Kedua, kata Mardoto, adanya luka memar di tubuh Ace. Ketiga, secarik kertas bertuliskan, "Will not return for please don't search for existence, my apologies for everything enternally," yang ditemukan di kamar kos Ace di Kelurahan Kukusan, Beji, bukan tulisan anaknya. "Penyidik banyak mengabaikan temuan awal ini," katanya.
Menurut Mardoto, walau keluarga sudah ikhlas ihwal kematian Ace, anaknya yang berprestasi patuh, kritis, rumahan, dan tidak suka keluyuran. Namun, dia berharap kepolisian bisa membuka kasus ini. "Karena, kalau bunuh diri tidak akan melakukan cara serumit itu."
HUSSEIN ABRI YUSUF