TEMPO.CO , Jakarta: Isa, 25 tahun, sedang menyisir rambutnya yang basah seusai mandi. Dia biarkan rambut hitamnya itu terurai. Isa jengkel karena begitu rambutnya sudah rapi, hembusan angin dari laju kereta api yang lewat mengacak-acak rambutnya lagi. Aktivitas itu dia lakukan sembari menunggu tamu yang hendak mengajaknya berkencan pada siang hari.
Isa yang seorang waria adalah salah satu dari psk yang bekerja di sisi rel kereta, di kolong jembatan Jatinegara. "Sepi jam segini, baru ramai seusai Maghrib," kata dia kepada Tempo, Rabu, 22 April 2015.
Isa tak menolak bila ada tamu yang mengajaknya kencan pada siang hari. Toh, kata dia, dirinya sudah siap karena selalu selesai berdandan tiap pukul 11. "Tarifnya Rp 100 ribu per jam, bisa turun jadi Rp 80 ribu kalau sepi," dia berujar.
Tamu Isa datang dari beragam profesi. Tapi, kebanyakan pria dengan profil kelas ekonomi menengah ke bawah. Mulai dari sopir angkutan umum, pedagang, hingga buruh serabutan.
Dia tak ragu mengajak Tempo melihat bilik kencannya. Letaknya tersembunyi di antara beton jembatan dengan pagar batas rel. Tak heran lebarnya cuma sekitar 1,5 meter saja.
Di lorong itu, bau pesing menguar. Udaranya juga lembab karena tak mendapat sinar matahari langsung. Ada dua bilik yang disiapkan untuk tempat berkencan. Luasnya cuma sekitar 1x1,5 meter. Tamu dan kawan seprofesi Isa cuma mengandalkan terpal untuk menutup bilik-bilik tersebut. Alas bilik ialah karpet beludru yang sudah kumal. "Dijamin tak bakal ada yang mengintip," kata dia.
Tempat Isa bekerja adalah salah satu dari banyak tempat umum yang dipakai sebagai tempat transaksi praktek prostitusi. Termasuk kamar-kamar indekos yang belakangan mencuat sebagai lokasi prostitusi karena kematian Deudeuh Alfisahrin, 26 tahun, di Tebet. Keinginan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, untuk membuat lokalisasi ditentang banyak pihak. Tak mengherankan lokasi seperti di sisi rel kereta Stasiun Jatinegara menjamur di sudut-sudut Ibu Kota.
Isa mengaku belum pernah ada Satuan Polisi Pamong Praja yang menertibkan tempatnya bekerja. Dia memprediksi petugas Satpol PP tak mengetahui ada bilik cinta di sela tiang beton jembatan dan pagar pembatas. Sebab, letaknya amat terpencil.
Aktivitas prostitusi di bawah kolong jembatan Jatinegara diamini oleh Martuja, 39 tahun, penjaga pintu perlintasan kereta api di Pisangan Timur. Menurut dia, kehidupan di bawah kolong itu baru kentara ketika malam menjelang. "Ada perempuan yang berdiri di sisi rel itu," kata dia.
Martuja cukup mengetahui aktivitas prostitusi di bawah kolong jembatan itu. Sebab, tempatnya bertugas cuma berjarak 100 meter. "Saya tinggal gelengkan kepala dan menengok ke sana sudah kelihatan ada apa saja di sana," dia berujar.
Menurut Martuja, psk di bawah kolong jembatan tak menggunakan penerangan saat malam hari. Mereka terbantu dengan penerangan jalan di sekitar lokasi. "Transaksi makin ramai karena di trotoar ini banyak penjual minuman energi," kata dia.
RAYMUNDUS RIKANG