TEMPO.CO, Jakarta - Muhammad Iqbal, 30 tahun, petugas keamanan Stasiun Pondok Jati ymengaku sudah memaafkan Fajar Arif, 42 tahun, yang memukulnya lantaran ditegur merokok.
Iqbal mengaku menerima permohonan maaf dari keluarga pelaku. "Alangkah sombongnya saya jika ada yang sengaja datang ke rumah untuk meminta maaf akan tetapi tidak diterima," kata dia, Rabu 22 April 2015.
Meski demikian, Iqbal tetap menyerahkan kasus hukumnya pada pihak kepolisian, karena pihak dari KCJ dan perusahaan penyalur tenaga keamanan tempatnya bekerja. "Kalo perusahaan minta kasus ini dilanjutkan proses hukumnya," kata dia.
Keluarga Fajar Arif, pelaku pemukulan suaminya itu sudah datang ke rumah Iqbal untuk meminta maaf pada Selasa, 21 April 2015 sekitar pukul 19.00. Anggota keluarga dari Fajar Arif yang datang ke rumah Iqbal untuk meminta maaf berjumlah empat orang.
Insiden pemukulan yang dilakukan oleh penumpang KRL tersebut terjadi pada hari Senin 20 April 2015, sekitar pukul 15.00 WIB. Kala itu Iqbal tengah bertugas menjadi komandan piket di Stasiun Pondok Jati, Jakarta Timur.
"Saat itu, saya melihat temen saya satu regu sedang menegur penumpang yang sedang merokok, dan tidak dihiraukan oleh pria tersebut, bahkan terkesan menantang," kata dia.
Melihat hal tersebut, Iqbal pun menghampiri pria yang sedang merokok itu, untuk menghimbau dan menegur agar pelaku tidak merokok di dalam stasiun. "Saat saya tegur, ternyata orang itu malah teriak teriak dan sambil berkata jangan mengurusi orang yang sedang merokok, karena ini merupakan area umum," kata dia.
Bahkan pria tersebut, meminta agar Iqbal dan PT KAI untuk memperbaiki kanopi stasiun agar penumpang tidak kepanasan dan kehujanan. "Saya tetap meminta agar orang itu mematikan rokok atau keluar dulu dari stasiun jika ingin tetap merokok," kata dia.
Beberapa saat kemudian, pelaku yang memang memiliki badan yang cukup berotot itu langsung memukul Iqbal mengenai bibir atas sebelah kiri sampai berdarah. "Bahkan pukulan keras itu, mengakibatkan saya terjatuh dan kepala bagian belakang saya membentur tembok, sehingga saya tidak sadarkan diri," kata dia.
M SIDIK PERMANA