TEMPO.CO, Jakarta - Sampah setinggi orang dewasa menggunduk di tengah rindangnya pepohonan di bagian utara Taman Monas, Jakarta Pusat, kemarin. Sampah sisa makanan campur aduk dengan kertas koran, botol plastik, dan kardus itu mengeluarkan aroma anyir.
Bau anyir ini cukup menarik minat lalat untuk datang bergerombol. Lalat-lalat terbang mengincar sampah lalu menghinggapinya.
Gundukan sampah itu hanya sebagian kecil yang terkumpul dari serakan sampah di dalam taman seluas 80 hektare ini. "Sampah yang belum diambil masih banyak," kata Maulana, seorang petugas kebersihan, kepada Tempo.
Perayaan Hari Buruh yang jatuh pada Jumat, 1 Mei 2015, menyisakan persoalan bagi Maulana dan petugas kebersihan lainnya. Sebanyak 17 ribu buruh yang datang ke Monas menghasilkan puluhan ton sampah.
Sampah menjejali semua sudut Monas. Jalan utama taman, trotoar, bahkan sampai area pepohonan. Monas kerap berubah jadi lautan sampah ketika acara digelar di kawasan itu.
Maulana mengaku kewalahan membersihkan Monas dari lautan sampah. Bahkan ia mengaku kekurangan gerobak pengangkut sampah. Di utara Monas saja, kata dia, hanya ada satu gerobak.
Selain itu, Maulana mengeluhkan ketersediaan karung. Karung digunakan untuk mengumpulkan sampah. Tak hanya alat, petugas kebersihan pun sangat sedikit. "Cuma enam orang di tiap wilayah," ucapnya. Kawasan Monas dibagi menjadi empat wilayah sesuai arah mata angin: utara, selatan, timur, dan barat.
Sampai berita ini diturunkan, Kepala Unit Pengelola Monas Rini Haryani belum bisa dimintai keterangan soal menggunungnya sampah di wilayahnya. Telepon dan pesan pendek yang dikirim Tempo belum dibalas.
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Saptastri Ediningtyas mengatakan pihaknya mengerahkan seratus petugas kebersihan di sepanjang jalan, seperti Sudirman dan Thamrin. Sedangkan untuk wilayah lain, kebersihan dikerjakan petugas setiap wilayah. Dia berharap sampah segera ditangani begitu demo usai. "Begitu selesai demo, kami bersihkan langsung," tuturnya.
ERWAN HERMAWAN