TEMPO.CO, Jakarta - Penyidik Kepolisian Resor Depok memanggil Grafolog dari American Handwriting Analysis Foundation, Deborah Dewi. Polisi membutuhkan keterangan Deborah terkait dengan kematian mahasiswa Universitas Indonesia, Akseyna Ahad Dori.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Depok Komisaris Teguh Nugroho mengatakan Deborah dipanggil untuk memastikan kesimpulan tulisan perpisahan yang diduga ditulis Akseyna. "Kami ingin menyamakan persepsi dan mengetahui analisisnya," ujar Teguh, Selasa, 5 Mei 2015.
Seperti diberitakan sebelumnya, Deborah menduga Akseyna tewas dibunuh. Pada 19 April 2015, lewat akun Twitter-nya, @deborahdewi, Deborah mencuit, "Dari hasil analisis tulisan tangannya, saya semakin ragu Akseyna bunuh diri."
Deborah menganalisis tulisan tangan yang ditemukan di kamar kos Akseyna. Tulisan itu berbunyi, "Will not return for eternity please don't search for existence my apologies for everything," Deborah meragukan tulisan tersebut ditulis Akseyna.
Beberapa kejanggalan dalam tulisan itu, menurut Deborah, antara lain arah kemiringan tulisan dalam kalimat perpisahan berbentuk vertikal, sedangkan kemiringan tulisan asli Akseyna diagonal ke arah kanan. Kemiringan juga ditemukan pada tanda tangan Ace.
Deborah juga menyoroti gaya penulisan huruf "g" pada kedua tulisan. Dia melingkari setiap huruf "g" yang ada pada surat wasiat itu. Huruf tersebut berbeda dengan yang ditulis dalam biodata. Sebab, Ace memiliki gaya tulisan khas dalam menuliskan huruf "g". Huruf tersebut memiliki dua garis mengulang di dekat kepala huruf.
Deborah datang ke kantor Polres Depok sekitar pukul 10.00 WIB. Hingga tulisan ini diturunkan, Deborah belum selesai dimintai keterangan. "Bisa sampai dua hari kami selidiki tulisan ini, untuk konfirmasi Deborah dan menggali keterangan darinya," ujar Teguh.
Teguh menambahkan, belum ada perkembangan yang menyatakan Akseyna bunuh diri atau dibunuh. "Tunggu sampai gelar perkara dengan Polda. Hingga saat ini, kami belum menyimpulkan kematian Akseyna," ucap Teguh.
IMAM HAMDI