TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur meringkus dua pembuat madu palsu di Kampung Pulo, Jakarta Timur. Kepala Polres Jakarta Timur Komisaris Besar Umar Farouq mengatakan pembuatan madu palsu terbilang mudah. "Bahannya mudah didapat dan langkah membuatnya sederhana," kata Umar saat ditemui di Polres Jakarta Timur, Kamis, 11 Juni 2015.
Berdasarkan pengakuan tersangka, Umar mengatakan sebagian besar kandungan dalam madu palsu adalah gula pasir. Langkah pertama, pelaku memasak gula pasir. Gula pasir dimasak hingga berwarna kecokelatan. Setelah itu, rebusan gula didinginkan.
Kemudian pelaku menyiapkan botol madu kosong untuk diisi larutan gula. Sebelum dilabeli, larutan ditambahkan soda kue agar berbusa dan tampak seperti madu asli. Satu botol madu pun siap dilabeli Madu Super Lebah Liar.
Selain madu cokelat, pelaku juga membuat madu putih dan madu hitam. Untuk mendapat warna putih yang meyakinkan, larutan gula yang telah dimasak dicampur dengan pemutih. Lalu, larutan dimasukkan ke botol madu dan ditambah dengan soda kue agar berbusa. Botol madu pun siap dilabeli dengan merek Madu Putih Malivera.
Pelaku harus menunggu larutan gula yang dimasak hingga berwarna kehitaman untuk mendapatkan larutan mirip madu hitam asli. Larutan kemudian didinginkan dan dimasukkan ke dalam botol madu. Sebelum dilabeli, larutan diberi soda kue agar berbusa.
Umar mengatakan, konsumsi madu palsu ini dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit gula (diabetes) bagi konsumen. Selain itu, polisi masih menyelidiki kandungan pemutih yang digunakan. Jika pemutih berasal dari bahan pemutih baju, efek buruk pencernaan menjadi akibat yang harus ditanggung konsumen.
Umar menyayangkan kejadian ini, terutama jelang bulan Ramadan. Alasannya, banyak masyarakat membeli madu untuk meningkatkan stamina dan mempertahankan energi saat berpuasa satu hari penuh. "Bukannya sehat yang didapat, malah penyakit gula," katanya.
YOLANDA RYAN ARMINDYA