TEMPO.CO, Jakarta - Polisi telah memeriksa seorang saksi baru dalam kasus kematian mahasiswa Universitas Indonesia, Akseyna Ahad Dori. Penyidik masih mempelajari keterangan dari saksi itu untuk mengungkap kasus ini. “Bukti barunya juga ada,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Khrisna Murti, 13 Juni 2015.
Namun Khrisna tidak bersedia menyebutkan saksi dan bukti baru yang dikantongi penyidik. “Ada bukti yang bisa diungkap dan tak bisa diungkap ke publik,” katanya. “Intinya kami pastikan pelaku akan diungkap.”
Akseyna ditemukan tewas di Danau Kenanga UI pada 26 Maret 2015. Tubuhnya masih berpakaian lengkap, termasuk tas ransel di punggung. Di dalam tas itu, ditemukan sejumlah batu yang diduga digunakan sebagai pemberat agar tubuhnya terbenam.
Dari hasil penyelidikan, polisi menduga Akseyna tewas dibunuh. Dugaan itu didasari sejumlah bukti. Di antaranya, luka di wajah serta sobeknya bagian belakang sepatu pemuda itu. Polisi menduga sobekan pada sepatu menunjukkan bahwa pemuda tersebut telah diseret sebelum ditenggelamkan ke danau.
Motif Asmara
Kriminolog Universitas Indonesia Eko Haryanto yakin Akseyna Ahad Dori, yang ditemukan mengambang di Danau Kenanga UI, tewas dibunuh. Bahkan, pengajar di Fakultas Kriminologi UI itu, sedari awal telah menduga pembunuhan Akseyna, dari barang bukti awal, tas yang berisi batu dan danau untuk menenggelamkannya.
Eko mengatakan, pada kasus kematian Akseyna, polisi bisa melihat celah kecerobohan pelaku yang ingin membuat sempurna kematian korban seolah-olah bunuh diri, tapi malah menjadi blunder. Acuannya, kata dia, dari surat yang seolah dijadikan wasiat Akseyna, yang ingin bunuh diri.
Eko yakin bahwa pembunuhan ini direncanakan dengan matang. Dan ia melihat ada keterlibatan lebih dari satu orang yang membunuhnya. Ia menduga pembunuh merupakan orang dekat Akseyna. Sebab, kasus pembunuhan mayoritas dilakukan oleh orang yang dekat. Bahkan, kedekatan yang intim, seperti keluarga. "Bukan orang yang jauh pembunuhnya," ucap dia.
Ia mengatakan motif pembunuhan bisa terjadi karena konflik pelajaran di kampus. Kalau keuangan sepertinya tidak. Bahkan, bisa konflik asmara.
Wakil Ketua UPT Pengamanan Lingkungan Kampus, Parulian, mengatakan tidak akan mencampuri penyidikan yang dilakukan polisi. Namun, bila ada mahasiswa yang dianggap terlibat dalam kasus ini, UI siap memberikan bantuan hukum. “Yang jelas, kami tidak mau berasumsi Akseyna tewas dibunuh atau bunuh diri,” tuturnya.
NINIS CHAIRUNNISA | IMAM HAMDI