TEMPO.CO, Jakarta - Sudah tiga hari Rian Heriawan dirawat di Rumah Sakit Polri Kramat Jati. Peluru sebesar kelingking orang dewasa masih tertanam di bahu kiri bocah 10 tahun itu. Dia hanya bisa berbaring di ranjang perawatan di ruang Paviliun Cendrawasih Lantai II Kamar Nomor 3.
Kepala Bagian Pelayanan dan Perawatan Medis RS Polri, Komisaris Besar Yayok Witarto, mengatakan manajemen sudah membentuk tim untuk menangani Rian. "Kami tidak bisa langsung mengambil tindakan operasi karena dia masih anak-anak,” katanya. Untuk mencegah infeksi, dokter telah memberi obat antibiotik.
Menurut Yayok, tindakan operasi harus memperhitungkan kondisi psikologis Rian. Karena itu, dia mendapat pendampingan dari psikolog. "Operasi segera dilakukan jika Rian benar-benar siap,” kata Yayok.
Kepala Kepolisian Sektor Pondok Gede Komisaris Mohamad Dafi mengatakan keluarga tidak perlu khawatir akan biaya perawatan Rian. “Karena dia korban peluru nyasar, biaya tak dibebankan kepada keluarga,” kata Dafi.
Sementara, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Dwi Badarmanto mengakui, saat insiden peluru nyasar menerjang bocah sepuuh tahun di Jatiwaringin, Bekasi, ada dua regu yang tengah berlatih menembak di lapangan tembak pangkalan militer Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
“Bukan sengaja ya, tapi memang ada latihan menembak dan kemungkinan peluru terpental ke permukiman,” kata Dwi.
Menurut dia, dua regu tentara yang berlatih itu berasal dari Detasemen TNI Angkatan Udara serta Direktorat Perbekalan dan Angkutan TNI Angkatan Darat. "Karena itu milik TNI, jadi rutin digunakan untuk latihan secara bergantian."
Dwi mengatakan sebenarnya tempat latihan menembak itu tidak terlalu dekat dengan permukiman penduduk, yaitu sekitar 1,2 kilometer. Tempat itu juga dilengkapi tanggul dari kayu dan karet untuk menahan peluru agar tidak keluar dari arena latihan. “Kalau ada peluru yang keluar arena, kemungkinan karena rekoset (memantul),” katanya.
RAYMUNDUS RIKANG | ADI WARSONO