TEMPO.CO , Sumenep: Anda penyuka ikan bakar, tempat yang satu ini tak boleh dilewatkan. Di sepanjang jalan Lingkar Timur, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep, terdapat jejeran puluhan warung bambu yang mengkhususkan berjualan takjil berupa ikan bakar segar.
Segala jenis ikan segar, mulai dari ukuran sedang hingga besar tersedia. Ada kakap merah, dorang, tongkol, gurami dan kerapu. Saat sore tiba, seluruh warung penuh sesak oleh pembeli, kepulan asap dan aroma lezat ikan bakar memenuhi jalanan. "Kalau hari biasa, paling laku 30 ekor. Tapi selama puasa, rata-rata 100 ekor ikan habis setiap hari," kata Mutmainnah, salah satu penjual ikan bakar.
Mutmainnah memastikan seluruh ikan yang dijualnya dalam kondisi segar atau baru ditangkap dari laut. Menjaga kualitas ikan ini, kata dia, yang membuat pembeli selalu ramai. "Setiap hari, nelayan mengirimi kami ikan," kata dia.
Sekilas, bumbu yang dipakai dan cara pembakaran ikannya sama dengan resto penyedia menu ikan bakar kebanyakan. Tapi, menurut Andani, salah satu pembeli, hasil akhirnya berbeda. "Ikan bakar di resto itu kehitaman tekturnya, di sini enggak. Meski sudah dibakar tektur ikan tetap seperti sebelum dibakar," katanya.
Andani mengatakan perbedaan hasil pembakaran itu terlatak pada bahan yang digunakan. Para pedagang di jalan lingkar timur membakar ikan menggunakan pecahan tempurun kelapa yang dikeringkan. Sedangkan di rumah makan atau restoran, bahannya menggunakan arang. "Ikan yang dibakar dengan tempurung kelapa, memiliki bau yang khas".
Meski kebanyakan pembeli membawa pulang ikan bakar untuk buka puasa di rumah, namun para pedagang juga memfasilitasi jika ada yang ingin berbuka puasa di warung. Soal harga tak perlu khawatir kantong bolong.
Untuk satu porsi besar ikan kakap merah, plus sepiring nasi putih atau nasi jagung lengkap dengan ayur mayur dan sambal lalapnya, hanya dibandrol seharga Rp 20 ribu perposi.
"Kalau ikan tongkol sedang Rp 8.000 dan ikan dorang Rp 10 ribu perporsi, gak mahal kok," ujar Andani.
MUSTHOFA BISRI