TEMPO.CO, Tangerang - Wali Kota Tangerang Arief Rachadiono Wismansyah mendesak Kementerian Pekerjaan Umum segera mengeruk lumpur Sungai Cisadane. Permintaan itu diajukan setelah Arief meninjau sungai dan mendapati endapan lumpur yang tinggi. “Sedimentasi lumpur sangat parah, minimal turunkan alat ekskavator untuk mengangkut lumpur,” ujar Arief, Kamis, 9 Juli 2015.
Hulu Sungai Cisadane berada di lereng Gunung Pangrango, mengalir ke arah Tangerang, Banten. Pengerukan lumpur dilakukan secara manual dengan alat seadanya. Arief menyaksikan pekerja hanya mengeruk lumpur dan meminggirkan, bukan mengangkatnya ke bantaran. Kalau terkena arus air, katanya, pasti lumpurnya masuk ke sungai lagi.
Dengan kondisi seperti itu dikhawatirkan berpengaruh terhadap ketersediaan air baku di Kota Tangerang. Saat ini permukaan air hanya 11 meter jauh dari kondisi normal yang mencapai 12,5 meter.
Selain soal lumpur, Bendung Pintu Sepuluh di atas Sungai Cisadane juga pintunya rusak. Ada empat dari sepuluh pintu air yang bocor dan rusak parah. “Yakni pintu 1, 5, 6, dan pintu 10. Kami minta perbaikan tidak parsial tapi seluruhnya khawatir keburu hancur pintunya,” kata Arief.
Direktur PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang Suyanto menyampaikan bahwa menurunnya permukaan air Sungai Cisadane saat ini masih belum begitu berpengaruh terhadap produksi air PDAM Tirta Benteng.
Namun demikian pihaknya berjanji akan segera mengerahkan ekskavator untuk mengeruk sedimentasi di Sungai Cisadane sebagai usaha preventif untuk berjaga-jaga bila permukaan air sungai terus mengalami penurunan.
AYU CIPTA