TEMPO.CO , Jakarta: PT TransJakarta akan mendatangkan sekitar 120 unit bus bermesin diesel. Bus-bus ini akan diopersikan pada September mendatang.
Menurut Direktur Utama PT TransJakarta, Antonius N.S. Kosasih, bus berbahan bakar solar memiliki kelebihan dibanding bus berbahan bakar gas (BBG). "Dengan digunakannya bus berbahan bakar solar, nantinya pelayanan diharapkan menjadi lebih cepat," kata Kosasih kepada Tempo, Rabu, 22 Juli 2015.
Selama ini pelayanan TransJakarta kerap dikeluhkan karena sering lambat sehingga menimbulkan penumpukan penumpang. Kosasih mengaku ini terjadi karena pengisian bahan bakar gas membutuhkan waktu yang cukup lama.
Dia menambahkan, untuk mengisi bahan bakar gas, satu bus bisa memakan waktu 15-20 menit. Diperparah dengan sedikitnya SPBG yang beroperasi di DKI Jakarta.
"Saat ini Jakarta punya 11 SPBG, dari 11 itu 2 belum beroperasi sehingga kita hanya mengandalkan 9," kata Kosasih. Bus harus mengisi bahan bakar sehari dua kali, malam dan sore. Itu juga harus mengantre dengan kendaraan lain.
Kosasih menuturkan bahwa penumpang kerap melaporkan supir TransJakarta yang terlihat asyik 'nongkrong'. Padahal menurutnya, supir itu sedang menunggu pengisian bahan bakar.
Sering pula terjadi bus TransJakarta di koridor 6 (Dukuh Atas - Ragunan) yang kehabisan bensin terpaksa menurunkan penumpang di halte Kuningan Timur. Bus harus melewati Kuningan Barat yang macet untuk mengisi bahan bakar di SPBG Mampang Prapatan. Kosasih memperkirakan, bus bisa kehilangan waktu 2 jam hanya untuk mengisi bahan bakar.
Alasan lain dipilihnya bus bermesin diesel karena bus berbahan bakar gas rentan terbakar karena cepat panas (overheat). Selama bulan Juli saja, terjadi 2 kasus armada TransJakarta yang terbakar, yaitu di halte Jatinegara dan halte Salemba UI.
Oleh karena itu, TransJakarta bersama dengan Pemprov DKI Jakarta sedang memprioritaskan pengadaan bus bermesin diesel yang dipercaya akan lebih efisien untuk saat ini. Hingga akhir tahun 2015, 420 bus diesel ditargetkan sudah bisa beroperasi. TransJakarta akan bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan untuk produksi 1.000 bus bermesin diesel.
"Sekarang prosesnya sedang dipercepat untuk pengadaan bus bermesin diesel melalui e-catalogue Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP)," kata Kosasih.
Alasan lain dipilihnya bus bermesin diesel, adalah kekhawatiran akan bus berbahan bakar gas yang rentan terbakar. Selama bulan Juli saja, terjadi 2 kasus armada TransJakarta yang terbakar, yaitu di halte Jatinegara dan halte Salemba UI.
NIBRAS NADA NAILUFAR