TEMPO.CO, Jakarta - Di kota-kota besar, penculikan anak dengan pelbagai motif kian marak. Tempatnya pun beragam: dari mal, sekolah, hingga pekarangan rumah. Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat ada 40 kasus penculikan di Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Bogor sepanjang 2015.
“Ini cuma data yang masuk ke bagian pengaduan kami,” kata Ketua Komisi Arist Merdeka Sirait kepada Tempo, Selasa 21 Juli 2015.
Kasus terakhir adalah penculikan Shintya Hermawan di Pusat Grosir Cililitan (PGC) pada Sabtu 18 Juli 2015. Bocah perempuan 6 tahun itu dibawa laki-laki tak dikenal ketika sedang bermain di wahana permainan anak di lantai 3A, sedangkan ayah dan ibunya menunggu kios mereka di lantai 3. Penculikan itu terekam kamera pengawas mal.
Oleh penculik, Shintya dikembalikan melalui seorang sopir taksi Blue Bird yang lewat di depan Giant Metropole Bekasi pada Selasa 21 Juli 2015. Polisi belum bisa melacak penculik itu dan mengungkap motifnya. “Identitasnya sudah kami ketahui, sekarang sedang dicari keberadaannya,” kata Komisaris Besar Umar Faruq, Kepala Kepolisian Resor Jakarta Timur.
Penculikan Shintya menggugah perlunya taman bermain layak anak di pusat belanja. Menurut pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, taman bermain itu berfungsi untuk memusatkan anak-anak sehingga pengawasannya lebih mudah. Kamera pengawas juga makin krusial.
Penculikan Shintya segera menyebar di media sosial setelah kerabatnya menyebar foto Shintya sedang digandeng penculiknya. Sumber foto berasal dari potongan rekaman kamera di Grosir Cililitan. “Di PGC, ada 3.500 kamera yang tersebar di semua lantai,” kata Maruli, Manajer Hubungan Konsumen Pusat Grosir Cililitan.