TEMPO.CO, Garut - Hayriantira atau Rian, 37 tahun, asisten pribadi Direktur Utama PT XL Axiata yang menjadi korban pembunuhan, tiba di Garut pada 30 Oktober 2014. Bersama Andi Wahyudi, 38 tahun, yang diduga membunuhnya, dia menyewa sebuah kamar di Hotel Cipaganti, Garut. Namun mereka check in menggunakan identitas palsu.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Garut Ajun Komisaris Esti Prasetyo mengatakan hotel tersebut tak meminta kartu identitas resmi saat tamu menginap. "Jadi mereka bisa masuk dengan identitas palsu," kata Esti pada Kamis, 6 Agustus 2015. Andi diketahui menggunakan nama Gerry. (Baca: Asisten Cantik Bos XL Dibunuh, Ini Kronologi dan Motifnya)
Mereka menggunakan kamar nomor 5 yang berada tak jauh dari pintu keluar. Sebuah kamera pengintai yang dipasang di depan resepsionis menghadap ke kamar itu. Semua kamar di hotel itu seperti cottage. (Baca: Siksa dan Bunuh Asisten Cantik Bos XL, Apa Motif Andi Sesungguhnya?)
Sehari setelahnya, mayat Rian ditemukan di bak kamar mandi kamar tersebut. Polisi langsung bergerak melakukan pemeriksaan. Namun polisi menemui jalan buntu karena identitas palsu tersebut. Pelat nomor polisi mobil yang dipakai keduanya pun ternyata palsu. Semenjak kejadian itu, pihak hotel tersebut mengharuskan tamu menyerahkan identitas selama menginap. "Semenjak itu, jadi harus ada KTP-nya," kata seorang pegawai, Adi. Hal ini untuk menghindari kejadian serupa. (Baca: Siapa Andi, Pembunuh Asisten Bos XL: Rekan Bisnis atau... )
Akhirnya, setelah selesai diotopsi, mayat tanpa identitas itu--yang belakangan diketahui sebagai Rian--dimakamkan di TPU Cibunar dua hari kemudian. Hari ini, polisi berencana membongkar makam Rian atas permintaan keluarga. Keluarga ingin memakamkan wanita itu di kampung halamannya di Brebes.
NINIS CHAIRUNNISA