TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog dari Universitas Negeri Yogyakarta, Fathur Rahman, mengatakan maraknya fenomena pembunuhan yang dilakukan orang-orang terdekat memiliki beberapa faktor. Di antaranya faktor kedekatan, kesempatan, emosional, serta faktor eksternal.
"Beberapa pelaku pembunuhan dilatarbelakangi ketidakmampuan dia mengekspresikan emosi, sehingga depresi dan memunculkan tindakan negatif," katanya saat dihubungi, Minggu, 9 Agustus 2015.
Fathur pun mengatakan kita mendeteksi teman dekat yang seperti ini. Kebanyakan pelaku, kata Fathur, yang membunuh teman dekat atau pasangannya sendiri tidak memiliki ikatan kedekatan sesungguhnya. Mereka biasanya hanya sering bersama tanpa memahami satu sama lain. "Hanya kesenangan yang dicari, tanpa ada sharing emosional yang berkualitas," ujarnya.
Menurut Fathur, ada dua macam agresivitas pelaku pembunuhan, yakni dapat diprediksi dan tidak dapat diprediksi. Biasanya, agresivitas yang tidak dapat diprediksi muncul ketika emosi sedang terganggu dan diperkuat adanya kesempatan. "Ditambah lagi pengalaman dia menonton tayangan televisi atau pengalaman serupa dari orang lain," tuturnya.
Lebih jauh, Fathur menerangkan, agresivitas muncul lantaran ada rasa ketidakmampuan atau perasaan ingin menguasai si korban. Soal kesehatan jiwa, Fathur berujar, hal itu dapat menjadi faktor lain yang harus dideteksi lebih lanjut.
Baca Juga:
Belakangan ini, pembunuhan dengan pelaku orang dekat marak terjadi. Misalnya, pembunuhan asisten pribadi Presiden Direktur PT XL Axiata, Hayriantria alias Rian, oleh teman dekatnya, Andi Wahyudi. Andi yang dikenal sopan dan perhatian tak disangka dapat menghabisi nyawa Rian, sekaligus mengambil hartanya.
Karena itu, Fathur menyarankan masyarakat agar selalu waspada dengan teman-teman sepermainannya. Apalagi bila mempunyai teman yang berkarakter cenderung negatif. "Harus pilih-pilih juga. Kalau sudah kelihatan negatif, jangan terlalu diseriusin," ujarnya.
DEWI SUCI RAHAYU