TEMPO.CO, Jakarta - Seto Mulyadi, Ketua Dewan Konsultatif Nasional Komnas Perlindungan Anak, datang ke Markas Polda Metro Jaya, Kamis, 24 September 2015. Seto melaporkan menantunya, Thomas Kurniadi, 31 tahun, yang menghilang sejak Rabu malam, 23 September 2015.
"Ini saya lagi di Sentra Pelayanan Kepolisian Polda Metro Jaya," ujar Seto Mulyadi saat dihubungi Tempo, Kamis, 24 September 2015. Menurut dia, keluarganya telah melaporkan kejadian ini kepada Kepolisian Sektor Cilandak pada Rabu malam, 23 September.
"Oleh Polsek Cilandak sudah disebar ke semua pos polisi lalu lintas. Tapi sampai pagi tadi belum ketemu," Seto menjelaskan. "Siapa tahu dengan alat lebih canggih yang dimiliki Polda, menantu saya bisa segera ditemukan."
Baca:
Peluang Sandiaga Uno & Marco: Begini Cara Mengalahkan Ahok
Kabut Asap, Pesawat Prabowo 4 Kali Putar di Atas Banjarmasin
Menurut Seto, Thomas Kurniadi menghilang sejak Rabu malam, 23 September 2015. Menantunya itu terakhir mengantar Eka Putri Dutasari, istrinya, ke Pondok Indah Mall pada pukul 14.00. Thomas berjanji, malam harinya, dia akan menjemput sang istri. Namun, karena macet, Thomas tak bisa menjemput sehingga istrinya pulang sendiri.
Saat terakhir mengantarkan Eka ke Pondok Indah Mall, Thomas diketahui mengenakan kemeja hitam bercorak titik putih. Ia mengenakan jins biru serta kacamata. Menantu Seto Mulyadi ini mengendarai mobil Honda Jazz warna merah dengan nomor polisi B-8027-OB. "Kontak terakhir dengan istrinya sekitar pukul 21.00." kata Seto.
Melalui percakapan WhatsApp kepada istrinya, Thomas mengatakan, "Ya, ini saya sudah mau pulang, sudah sampai di bundaran Pondok Indah," kata Seto menirukan kalimat terakhir menantunya. Namun, hingga tengah malam, Thomas tak kunjung sampai di rumahnya di daerah Cilandak Permai.
Seto melanjutkan, hasil penelusuran ke orang tua, saudara, dan kawan-kawannya, Thomas tak punya ancaman atau musuh. "Enggak pernah ada sejauh ini," tutur Seto.
ANGELINA ANJAR SAWITRI
Simak juga:
Robot Pemadam Api UI Juara Pertama Kontes Robot Terbang
Ini 'Pertanggungjawaban' Ahok ke Belanda