TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengatakan Perusahaan Air Minum Jaya dan Perusahaan Air Limbah Jaya harus digabung. Merger dua perusahaan BUMD tersebut bertujuan untuk memenuhi pasokan air di Jakarta. Air limbah dari penggunaan sehari-hari warga akan diolah PAL Jaya menjadi air bersih. "Pasang pipanya dulu," kata Ahok di Grand Hotel Cempaka, Cempaka Putih, pada Selasa, 6 Oktober 2015.
Ahok memerintahkan pemasangan pipa segera dilakukan. "Tidak perlu bayar," ujarnya. Ia meminta agar tidak ada kecurangan saat pemasangan pipa supaya semua warga Jakarta mendapatkan pelayanan. "Jangan kayak PAM dulu, pasang pipa bisa Rp 1-2 juta. Warga dengan ekonomi lemah enggak mampu bayar."
Ahok menargetkan PAM Jaya dan PAL Jaya akan mulai menjalankan tugas pertama mereka tahun ini. Dengan anggaran yang cukup dan teknologi tepat, ia yakin air bersih untuk konsumsi dan keperluan sehari-hari di Jakarta bisa terpenuhi dalam waktu sepuluh tahun. "Kecuali, ya, kalau mau diproyek-proyekin, dimainin gitu," tuturnya.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan Rp 10 triliun untuk proyek tersebut. "Saya naikkin Rp 40 triliun, deh, untuk seluruh Jakarta," tutur Ahok sambil tertawa kepada Direktur Utama PAM Jaya Erlan Hidayat.
Menurut Ahok, Jakarta tidak seharusnya kekurangan air bersih. Jakarta dapat memanfaatkan air Sungai Ciliwung, Kanal Banjir Timur, serta Kanal Banjir Barat. "Kami juga ambil dari Cisadane, Tangerang, jadi seharusnya tuh kelimpahan air," ucapnya.
Ahok mengatakan kendala yang dihadapi justru berada pada sumber daya manusia. Satuan Kerja Perangkat Daerah DKI Jakarta dinilai Ahok tidak mampu bekerja. "Enggak bisa dan enggak mau susun anggaran. Biasa main," katanya. Ia mengancam akan memecat pegawai yang tidak mampu menyusun anggaran.
VINDRY FLORENTIN