TEMPO.CO, Jakarta - Seorang wartawan Merdeka.com, Faiq Hidayat, 25 tahun, dilarang mengambil foto penangkapan kelompok suporter oleh polisi yang terjadi petang tadi, Minggu, 18 Oktober 2015, di pintu barat Stadion Utama Gelora Bung Karno. "Ngapain kamu ambil foto? Hapus fotonya!" ujar Faiq sambil menirukan kata-kata anggota Sabhara yang merampas handphone miliknya.
Menurut Faiq, polisi tersebut merampas handphone miliknya secara tiba-tiba. Polisi yang membawa bambu rotan itu pun kemudian langsung menghapus foto jepretan Faiq dengan alasan mengganggu. "Saya sudah bilang saya wartawan. Tapi dia bilang ini hajat besar, jangan bikin berita tentang kerusuhan," kata Faiq saat ditemui di dalam area stadion.
Faiq berujar, semua data foto dan video yang diambil olehnya terkait kericuhan tadi sore dihapus tanpa bekas oleh sang polisi. "Untung handphone saya dibalikin," ujar Faiq. Akan tetapi, Faiq tidak mengetahui identitas dari sang polisi karena polisi tersebut mengenakan rompi berwarna hijau. "Saya cuma tahu dia dari Sabhara," tutur Faiq.
Faiq menambahkan, wartawan lain juga mengalami hal serupa dengannya saat sekelompok suporter merangsek masuk ke Stadion Utama Gelora Bung Karno petang tadi. "Ada kontributor SCTV juga, namanya Muhammad Subadri Arifqi, yang diminta untuk menghapus foto-fotonya," kata Faiq.
Faiq mengungkapkan polisi yang menyuruh Subadri untuk menghapus data foto dan videonya merupakan polisi yang sama dengan yang membentak dirinya. "Tapi yang menghapus fotonya anggota Brimob, namanya Budi," ujar Faiq. Menurut Faiq, anggota Brimob tersebut berpangkat Bhayangkara Dua.
Faiq mengatakan dirinya tidak berencana melaporkan hal ini ke pihak kepolisian ataupun Dewan Pers. Akan tetapi, menurut Faiq, Subadri berencana akan melaporkan kejadian ini ke Dewan Pers.
ANGELINA ANJAR SAWITRI