Walaupun hanya satu bor yang bisa dioperasikan, menurut Ahok, proyek pembangunan sodetan akan tetap dilanjutkan. Apalagi setelah lahan di Bidara Cina telah dibebaskan. "Udah (pembebasan lahannya). Kami udah masuk ke Jatinegara Barat. Bukan saya kejam, tapi begitu rusun siap, kamu enggak ada pilihan, harus pindah," ujarnya.
Ahok pun mempertanyakan adanya protes dari warga yang tidak mau direlokasi. "Mereka bilang Jakarta tempo dulu enggak begitu. Ya tempo dulu memang enggak macet, tempo dulu juga enggak banjir. Tapi dulu, ketika sungainya semua masih alami," katanya.
Kendala ketiga adalah jembatan-jembatan yang sulit ditinggikan. "Banyak jembatan pendek yang, begitu air tinggi, melintas itu air di atas jembatan. Kalau air melintas, ada sampah atau enggak, jadi banjir," katanya.
Untuk menyelesaikan problem tersebut, Ahok ingin meninggikan jembatan-jembatan yang ada di Jakarta. Tapi ia mengaku kesulitan merealisasi rencana tersebut. "Kami berani enggak bongkar jembatan? Berani. Duit ada enggak? Ada. Yang enggak ada jalan alternatif," tuturnya.
Ahok pun menunggu selesainya jalan tol dalam kota yang saat ini tengah dibangun agar terdapat jalan alternatif yang bisa digunakan masyarakat Jakarta ketika jembatan-jembatan tersebut ditinggikan. "Kami mau eenggak mau tunggu tol dalam kota," ucapnya.
Namun Ahok mengaku telah mengantisipasi banjir pada musim hujan tahun ini. Ahok mengaku telah menyiapkan pompa-pompa air untuk menyedot genangan-genangan air yang terjadi. "Saya juga sudah perintahkan 24 jam petugas alat berat harus stand by di pintu air Manggarai dan pintu air Karet. Kalau kamu taruh saringan, enggak ditungguin alat berat, airnya juga enggak bisa lewat cepet," ujar Ahok.
JULI | ANGELINA ANJAR SAWITRI