TEMPO.CO, Jakarta - Rutinitas Wali Kota Bogor Bima Arya serasa berubah sejak dia menerbitkan surat edaran yang melarang perayaan Asyura—hari raya pemeluk Syiah. Bima yang tergolong aktif di media sosial Twitter dengan akun @BimaAryaS terpaksa menyetop kicauannya. Cuitan terakhir di akunnya tertanggal 7 Oktober 2015.
Sejak kader Partai Amanat Nasional itu meneken Surat Edaran Nomor 300/1321- Kesbanggpol tentang Imbauan Pelarangan Perayaan Asyura di Kota Bogor, ribuan notifikasi masuk ke akunnya saban hari. “Biasanya cuma puluhan notifikasi, lalu tiba-tiba jadi ribuan kan malas juga. Tang tung tang tung,” kata Bima kepada Tempo di Kebayoran Baru, kemarin.
Toh, Bima tak menyangkal bila masih sesekali mengecek akun Twitternya. Tapi, tetap saja dia enggan untuk mencuitkan ide-idenya di kolom 140 karakter itu. “Baca cepat saja sambil lihat ‘Oh orang ini komentar, oh itu komentar’,” ucapnya sambil terkekeh.
Di media sosial pula, Bima menemukan ulasan seseorang terhadap perubahan radikal pada dirinya. Dia menceritakan dirinya tertawa terbahak-bahak seusai membaca tulisan tersebut. Sebab, kata Bima, penulis menguliti pola kebijakan dirinya sebagai Wali Kota Bogor yang merupakan perwujudan dari akidah yang dianut Bima semasa kuliah. “Saya tetap Bima yang dahulu, sama seperti ketika kuliah sebagai anak gaul,” kata doktor lulusan Australian National University itu.
RAYMUNDUS RIKANG