TEMPO.CO, Jakarta - Vice President Operational Go-Jek Indonesia Tadeus Nugraha mengatakan pemotongan tarif per kilometer sebesar Rp 1.000 tak hanya merugikan driver, tapi juga Go-Jek sebagai perusahaan. "Driver merugi, kami juga merugi," kata Tadeus saat ditemui di kantor gudang Go-Jek, Jalan Benda Raya, Kemang, Jakarta Selatan, pada Senin 16 November 2015.
Tadeus menjelaskan penurunan tarif per kilometer, yang tadinya Rp 4.000 menjadi Rp 3.000, bertujuan untuk memperbanyak order dari para pelanggan. "Jadi tujuannya bukan satu kali trip bayarannya banyak, tapi memperbanyak jumlah tripnya," ujarnya.
Manajemen Go-Jek juga meminta kepada para driver untuk mendukung upaya rasionalisasi harga yang dilakukan. Sebab, itu bertujuan untuk mendekatkan diri kembali dengan para pelanggan di tengah persaingan perusahaan ojek online lain. "Selain itu juga masih ada promo-promo," ucapnya.
Manajemen Go-Jek juga memberikan semacam reward bagi para driver yang memiliki performa bagus untuk melakukan kredit barang-barang yang nominalnya mahal, seperti sepeda motor. "Kita ada kerja sama dengan Honda. Kami nanti bantu potong cicilannya harian," tutur dia.
Driver Go-Jek juga diketahui sering melakukan pembelian barang-barang secara kredit melalui Go-Jek, seperti televisi, kulkas, dan handphone bermerek ZTE. "Nanti, cicilannya beda-beda, tergantung barangnya," katanya.
Tadeus mengungkapkan perubahan manajemen yang sedang terjadi di tubuh Go-Jek saat ini, disadari atau tidak, mempengaruhi berjalannya roda perusahaan tersebut sehingga peristiwa kesalahan sistem seperti yang terjadi kemarin merupakan hal lumrah.
Ada 20 pengemudi Go-Jek, yang biasa beroperasi di Depok, Kebayoran Lama, dan sekitar Gandaria City, berunjuk rasa di depan kantor pusat Go-Jek, Kemang Selatan, Jakarta Selatan. Mereka Menuntut kejelasan atas pemotongan deposit yang menimpa tanpa adanya pemberitahuan dari manajemen Go-Jek.
DIKO OKTARA