TEMPO.CO, Jakarta - Subdirektorat Sumber Daya Lingkungan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya menangkap enam orang pedagang hewan langka. Mereka adalah YAM, pembeli hewan tersebut; DA, pemilik dan penjual; JA, perantara dan pemilik; MS, petugas bandara; AW, marketing yang membuat akun di media sosial; dan NKW, pemilik dan penjual satwa.
"Para pelaku ditangkap secara terpisah-pisah di tempat berbeda," kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Komisaris Besar Mujiyono pada Rabu, 18 November 2015.
Penangkapan dilakukan lewat operasi undercover by mulai 6 November hingga 16 November. "Mereka dituduh melakukan perniagaan hewan langka yang digunakan untuk menguntungkan diri sendiri," ujar Mujiyono.
Penangkapan bermula ketika polisi menangkap YAM, seorang warga Libya, yang sedang membeli macan dahan di Pasar Jaya Jakarta Selatan. Dari penggerebekan itu, polisi mengamankan YAM dan empat tersangka lain, yang bertugas sebagai penjual dan perantara.
Transaksi ini dimulai dari pembuatan akun Facebook penjualan hewan yang dilakukan salah satu oknum. Setelah mendapat pembeli, keduanya melakukan negosiasi harga via blackberry messenger (BBM). Setelah sepakat, mereka pun menentukan tempat pertemuan untuk mengambil hewan tersebut.
"Nanti hewan diselundupkan lewat pintu kedatangan oleh salah satu pelaku yang bekerja sebagai petugas karantina di bandara itu," tutur Mujiyono. Petugas ini mempunyai akses untuk memasuki bandara tanpa pemeriksaan.
Dari hasil penyelidikan lebih lanjut, polisi menemukan lebih dari satu binatang langka yang diperjualbelikan. "Di daerah Jakarta Timur, kami temukan satu ekor beruang madu dan empat ekor burung cenderawasih," katanya.
Binatang-binatang ini menjadi primadona di negara luar. Karenanya, banyak dibeli oleh orang asing. "Untuk macan dahan ini saja harganya Rp 65 juta. Di luar, jika dijual, bisa lebih tinggi harganya," ucapnya.
Saat ini polisi masih mendalami kasus penjualan hewan langka ini. Mujiyono mengungkapkan pihaknya masih mencari pemodal utama di balik bisnis ini. "Kami akan selidiki hingga akar-akarnya. Semoga nanti hewan-hewan kita bisa tetap di Indonesia, tetap lestari di alam kita," tuturnya.
EGI ADYATAMA