TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Penerangan Korps Marinir Letnan Kolonel Suwandi mengatakan tidak ada remaja berinisial M yang diduga dianiaya anggota TNI karena dituduh mencuri burung di kompleks TNI Cilandak. "Siapa itu M? Siapa Kasimin? Enggak ada, ah," ujar Suwandi lewat telepon, Senin, 18 Januari 2016.
Menurut Suwandi, jika memang ada korban lain, tentu akan tercantum dalam buku laporan. Karena itu, dia meminta kepada Kasimin dan anaknya yang berinisial M agar melapor segera ke kantor Marinir terdekat. "Kalau memang dia merasa dianiaya, ya, segera lapor ke kami, jadi bisa kami selesaikan baik-baik," katanya.
Suwandi mengatakan masalah TNI dengan Toriq kemarin coba diselesaikan dengan baik dan disiplin. Anggota TNI yang diduga melakukan pemukulan akan diproses secara hukum. "Kalau memang mereka lapor ke LBH, yang bersangkutan (LBH) silakan menghubungi kami. Kalau mereka lapor sana-sini, kan, susah pertanggungjawabannya," tutur Suwandi.
Sebelumnya, Lembaga Bantuan Hukum Jakarta menyatakan korban penganiayaan yang diduga dilakukan anggota TNI di kompleks Marinir Cilandak bukan satu orang. Sebab, ada remaja berinisial M, 16 tahun, yang juga mengaku dianiaya. "Dia dituduh mencuri burung," ucap pengacara publik LBH, Bunga Meisa Rouly Siagian.
Penganiayaan itu terjadi 10 Januari 2016. Awalnya, yang diketahui sebagai korban adalah Th, 12 tahun. Bocah itu dipukuli hingga babak belur karena dituduh mencuri burung di kompleks Marinir Cilandak. Akibat penganiayaan itu, Th harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Menurut Bunga, pada hari yang sama, ternyata M juga mendapat tuduhan yang sama. Dia dijemput tiga anggota TNI dan dibawa ke kompleks Marinir Cilandak. Kasimin, ayah M, turut menemani anaknya.
"Sesampainya di sana, M dibawa ke sebuah ruangan lalu diinterogasi," ujar Bunga. Karena merasa tidak melakukan pencurian, M membantah tuduhan itu. Bantahan tersebut justru berbuah pukulan. M terjatuh. Saat itulah seorang anggota TNI menginjak dadanya. Setelah itu kakinya diangkat dan kepalanya ditodong senjata api. "Menurut M, ada sekitar lima anggota TNI di dalam ruangan itu."
Kasimin mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong putranya. Saat penganiayaan terjadi, dia hanya bisa menunggu di luar ruangan. Sekitar setengah jam kemudian, anaknya keluar dengan tubuh babak belur.
Kasimin tidak tahu kenapa anaknya dikait-kaitkan dengan pencurian burung di kompleks Marinir. Keluarganya memang pernah tinggal di Cilandak. M dan Th juga berteman dekat. Namun, setelah keluarganya pindah ke Ciganjur, M tidak pernah lagi bertemu dengan Th.
Setelah kejadian itu, kata Kasimin, ada beberapa anggota TNI yang selalu datang ke rumahnya. Salah satunya bernama Ardian. "Sehari bisa empat kali mereka datang dengan baik-baik ke rumah Kasimin di Ciganjur," ujar Bunga. Anggota TNI itu meminta Kasimin tidak perlu berbicara kepada siapa pun ihwal penganiayaan tersebut.
Kondisi M sekarang sudah membaik meski masih terlihat lebam. Namun, berdasarkan foto yang ditunjukkan LBH, terdapat banyak luka bekas cambukan pada sekujur punggungnya. "Kami (LBH) mengecam penyiksaan yang diduga dilakukan anggota TNI ini. Apalagi korbannya adalah anak-anak," tutur Bunga.
ARIEF HIDAYAT