TEMPO.CO, Bogor - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengakui jika dirinya hadir dalam silaturahmi tokoh sekaligus peresmian kantor Dewan Pimpinan Daerah Tingkat Dua Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kota Bogor, yang digelar di Jalan Raya KS Tubun Nomor 19, Warung Jambu, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Senin, 8 Februari 2016.
"Di forum itu saya sampaikan perbedaan pendapat saya mengenai konsep khalifah, dan bagi saya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) adalah harga mati," ujar Bima Arya. Menurut Bima, sejak 2008 dia berbeda pendapat dan sempat berdebat masalah manifesto khalifah dengan pihak HTI.
Kehadiran Bima Arya ini disayangkan Ketua Yayasan Satu Keadilan Sugeng Teguh Santoso. "Kehadiran Wali Kota Bogor amat disayangkan karena HTI ormas yang menentang Pancasila dan sistem ketatanegaraan Indonesia. Mereka menyebutnya thaghut," kata Sugeng.
Menurut Sugeng, sebagai Wali Kota Bogor, Bima sudah pasti mengetahui jika HTI tidak mau mengakui simbol-simbol negara Indonesia. "Itu nyata foto latar belakang Bima saat berpidato tidak ada bendera merah putih," katanya.
Sugeng mengatakan, jika alasan Bima selaku Wali Kota Bogor ingin merangkul semua kelompok warga, surat edaran soal larangan Asyura sudah menjelaskan sikapnya yang tidak equal. "Kehadiran Bima bisa melegitimasi HTI yang anti dengan sistem dan falsafah Indonesia sehingga dia bisa dinilai tidak jelas sikap dan ideologinya," katanya.
M. SIDIK PERMANA