TEMPO.CO, Bekasi - Pemerintah Kabupaten Bekasi menuding banjir di jalan tol Jakarta-Cikampek disebabkan oleh pembangunan kawasan superblok Orange County Lippo Cikarang dan meluapnya air Situ Rawabinong.
“Banjir ini jadi bahan evaluasi kami,” kata Kepala Subbidang Tata Ruang dan Infrastruktur Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bekasi Evi Mutia, Senin, 16 Februari 2016. Air keruh setinggi 50 sentimeter menggenangi jalan tol di simpang susun Cibatu kilometer 34 sampai simpang susun Cikarang Pusat kilometer 37 pada Ahad lalu. Akibatnya, terjadi kemacetan sepanjang 15 kilometer dari arah Cikampek menuju Bekasi dan Jakarta.
Baca: Tol Cikampek Banjir, Macet Hingga 25 Kilometer di KM 37-62
Sejak gerbang tol Cibatu beroperasi pada 2013, PT Lippo Cikarang melakukan pembangunan kawasan superblok Orange County di sisi timur perumahan elite dan industri. Proyek Orange County seluas 322 hektare telah dilengkapi jalan boulevard yang menghubungkan simpang susun Cibatu dengan Lippo Cikarang, Delta Mas, dan kompleks perkantoran Pemerintah Kabupaten Bekasi.
Di sana, kini sedang dibangun kota modern dengan desain dan tata kelola berstandar internasional. Konsekuensinya, pepohonan dan ilalang di atas tanah lempung ditebangi. Tanahnya dikeruk dan diuruk, menyesuaikan dengan desain bangunan apartemen dan pusat belanja yang bakal berdiri. “Efeknya, berkurangnya kapasitas air yang terserap ke dalam tanah,” kata Evi.
Semakin luas area pembangunan, air hujan yang mengguyur wilayah tersebut langsung mengalir ke kawasan yang lebih rendah, untuk selanjutnya menyatu di kali. Kali yang dangkal akibat sedimentasi tidak mampu menampung debit air yang besar. “Airnya tidak tertampung sehingga meluap ke jalan tol,” ujar Evi.
Baca: Banjir Tol Cikampek, YLKI: Jasa Marga Harus Ganti Rugi
Sebetulnya, kata Evi, dalam rekomendasi izin prinsip lokasi, setiap pengembangan kawasan baru yang membuat perubahan tata guna lahan harus membuat kolam retensi atau penumpang air. “Supaya air tidak langsung ke sungai,” ujarnya. “Tapi biasanya pengembang tidak melakukan itu.”
Adapun banjir di kilometer 37, Evi menjelaskan, lantaran luapan air Situ Rawabinong di Desa Hegarmukti, Kecamatan Cikarang Pusat. Menurut dia, situ tersebut merupakan situ alam sehingga dipastikan tidak ada saluran air dari kawasan perumahan. Sebab, air situ tersebut dimanfaatkan untuk bahan baku air bersih dan irigasi sawah. “Limpasan air dengan debit yang besar dari kedua sumber tersebut tidak mampu ditampung oleh sungai,” katanya. Sedangkan gorong-gorong di bawah jalan tol, Kalimalang, dan Jalan Tarum Barat, berukuran kecil.
Juru bicara PT Jasa Marga Cabang Jakarta-Cikampek, Iwan Abrianto, terpaksa menutup pintu keluar tol Cikarang Pusat dan Cibatu karena masih membersihkan sisa genangan dan lumpur. Lagi pula, menurut dia, saluran air di pinggir jalan tol Jakarta-Cikampek tak dirancang untuk menampung air yang berasal dari luar jalan tol.
Juru bicara Lippo Cikarang, Ria Sormin, membantah anggapan bahwa pembangunan Orange County memicu banjir di jalan tol. “Dari mana informasi itu?” ujarnya saat dimintai konfirmasi. Menurut dia, Lippo telah membangun lima kolam penampung air.
Berdasarkan pengamatan Tempo di Cibatu, luapan air di kilometer 34 berasal dari area pembangunan kawasan Orange County. Di titik itu terdapat sebuah sodetan besar yang membelah bukit selebar sekitar 2 meter, mengarah ke saluran di pinggir jalan tol. Drainase yang dibuat pengembang tak mampu menampung limpahan air. Walhasil, air menggenang di jalur keluar tol Cibatu.
ALI ANWAR | ADI WARSONO