TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Muhammad Iqbal mengatakan polisi menyiapkan pasukan lebih dari 2.000 personel untuk mengantisipasi skenario terburuk dalam operasi pembersihan penyakit masyarakat (pekat) di wilayah Kalijodo, Sabtu, 20 Februari 2016.
"Jumlah personel yang diturunkan jangan dianggap berlebihan, ini sudah jadi prosedur standar kami untuk operasi pekat," ujar Iqbal di Kalijodo.
Kata Iqbal, operasi pekat ini harus dipisahkan dari rencana penggusuran dan penertiban Kalijodo oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. "Operasi serupa pernah diadakan di daerah lain di Jakarta, seperti Berland dan Johar Baru. Intinya adalah kontrol wilayah yang diduga menjadi tempat pelanggaran pidana," katanya.
Aparat gabungan yang ikut dalam operasi tersebut dilengkapi dengan helm, tameng, dan rompi antipeluru. Sejumlah polisi pun tampak membawa pelontar gas air mata.
"Itu juga prosedur, sikap kami preventif. Ada tidak ada perlawanan nantinya, kami harus mempersiapkan segala sesuatu," tutur Iqbal lagi.
Iqbal mengatakan bahwa skenario terburuk akan tetap ditangani dengan cara terukur. "Kapolda juga sudah bilang, yang bawa senjata api hanya perwira khusus yang terdaftar. Resistensi masih akan ditangani dengan cara yang tak mematikan," ucapnya.
Hingga hari ini pukul 08.41, polisi sudah menggeledah deretan rumah di sepanjang bantaran sungai Kalijodo. Rumah yang digembok dibuka paksa dengan peralatan khusus polisi.
Dari pantauan Tempo, polisi sudah menyita puluhan kardus berisi botol minuman keras dan sejumlah besar alat kontrasepsi (kondom). Tampak polisi juga menggiring sejumlah orang yang diduga memiliki senjata tajam.
Operasi dipimpin langsung oleh jajaran pejabat Polda Metro, seperti Kapolda Inspektur Jenderal Tito Karnavian, Direktur Reserse Kriminal Umum Komisaris Besar Krishna Murti, dan Ketua Biro Operasional Komisaris Besar Martuani. Ketua Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta Kukuh Hadi pun datang sebagai dukungan.
YOHANES PASKALIS