TEMPO.CO, Depok - Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda Kota Depok Dewi Indrianti mengatakan penduduk miskin di Depok sudah berada di lapisan paling bawah. Artinya, jumlah penduduk miskin sulit untuk dikurangi lagi karena sudah berada di lapisan paling bawah.
Jumlah penduduk miskin di Depok mencapai 2,18 persen pada 2014. Angka itu turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 2,32 persen dari total 2 juta penduduknya.
"Penduduk miskin di Depok, sudah mencapai keraknya. Tapi, masih diupayakan lagi untuk menekan jumlahnya," kata Dewi, Senin, 14 Februari 2016.
Sebagian penduduk miskin Depok itu belum mempunyai rumah. Biasanya, kata dia, penduduk Depok, yang miskin dan belum punya rumah merupakan pendatang. "Sebagian besar sudah punya rumah kalau warga Depok asli," ucapnya.
Saat ini penduduk miskin di Depok diperkirakan tinggal 48 ribu jiwa, dari total penduduk mencapai 2 juta jiwa. Jumlah tersebut, kata dia, sulit untuk dikurangi secara signifikan. Kalau pun ingin warga miskin di Depok benar-benar dikurangi, harus dikoordinasikan dengan pusat dan provinsi.
Bila melihat kondisi makro ekonomi Kota Depok saat ini terus mengalami kenaikan selama lima tahun terakhir. Tercatat, pada 2010 pertumbuhan ekonomi Depok mencapai 6,36 persen, 2011 mencapai 6,58 persen, 2012 mencapai 7,15 persen, 2013 mencapai 6,92 persen, dan 2014 mencapai 7,09 persen.
Adapun, total produk domestik regional bruto Kota Depok atas dasar harga berlaku mencapai Rp 26 triliun pada 2014. Dari PDRB tersebut share terbesarnya dari sektor hotel, perdagangan, dan restoran. Sedangkan, PDRB per kapita atas dasar berlaku pada 2010 mencapai Rp 9,2 juta, 2011 mencapai Rp 9,8 juta, 2012 mencapai Rp 10,5 juta, 2013 mencapai Rp 11,8 juta, 2014 mencapai Rp 13,6 juta.
"Kondisi ekonomi Depok, terbaik di Jawa Barat," ucapnya. "Tingkat kemiskinan Depok jauh di bawah Jawa Barat yang mencapai 9,53 persen dan nasional 11,25 persen."
Kepala Seksi Neraca dan Analisis Badan Pusat Statistik Kota Depok Bambang Pamungkas mengatakan penduduk miskin di Depok, memang mengalami penurun mencapai 0,14 persen. Namun, biaya hidup di Depok cukup mahal. Garis kemiskinan di Depok, nomor dua se-Jawa Barat. Pertama diduduki Bekasi, karena untuk hidup yang layak di kota tersebut membutuhkan biaya yang cukup tinggi.
"Pengeluaran per kapita per bulan warga Depok mencapai Rp 460 ribu. Artinya untuk hidup di Depok mahal," ucapnya.
IMAM HAMDI