TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian warga yang terjangkit penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kota Bogor berlatar belakang sosial ekonomi menengah dan atas. Mereka tinggal di perumahan real estate yang tersebar di sejumlah kecamatan.
Hingga akhir Maret 2016, jumlah warga Kota Bogor yang terjangkit wabah DBD mencapai 458 orang, dua di antaranya meninggal dunia.
"Kenapa banyak warga di perumahan elite terserang DBD, karena penghuninya tidak menyadari jika dalam kolam taman, vas bunga, dan penampungan air tidak pernah terpantau dan dibersihkan. Padahal di sana merupakan media nyamuk berkembang biak," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P3M) pada Dinas Kesehatan Kota Bogor Siti Robiah pada Senin, 28 Maret 2016.
Siti Robiah mengatakan, jika dibandingkan dengan bulan Februari 2016, jumlah warga Kota Bogor yang terjangkit DBD menurun drastis. Untuk bulan Maret ini, hingga tanggal 28, jumlah warga Kota Bogor yang terjangkit DBD hanya 75 orang.
Menurut Siti, puncak wabah penyakit DBD yang terjadi di Kota Bogor paling tinggi pada Februari. Sebab, pada bulan sebelumnya, yakni Januari, penderita DBD sebanyak 176 orang. "Bahkan dua warga Kota Bogor terjangkit DBD yang meninggal dunia terjadi pada Februari," katanya.
Dua warga Kota Bogor yang meninggal dunia merupakan anak berusia dua tahun warga Balumbangjaya, Kecamatan Bogor Barat. Seorang meninggal dunia setelah mendapat perawatan di RS Karya Bhakti Dramaga. "Sedangkan korban lain, yakni anak berusia 9 tahun, warga Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat, meninggal di RSUD Kota Bogor," kata Siti.
Agar kasus DBD tak semakin meluas, dinas kesehatan mengimbau masyarakat lebih waspada. Selain itu, masyarakat diminta menerapkan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak PSN) dan program 3M (menguras, menutup, dan mengubur).
"Fogging atau pengasapan hanya mengusir dan membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentik nyamuk masih hidup dan berkembang biak dalam genangan air yang tidak pernah dibersihkan," ujar Siti.
Ada dua kecamatan yang masuk zona merah atau paling banyak kasus terjangkit DBD, yakni Kecamatan Bogor Barat dan Bogor Utara. Hal ini karena luas wilayah dan jumlah penduduknya paling banyak.
Sedangkan untuk kategori kelurahan yang masuk zona merah, atau warganya paling banyak terserang DBD, adalah Kelurahan Katulampa dan Baranangsiang.
Siti mengatakan, berdasarkan pendataan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Bogor, jumlah kasus penderita DBD di Kota Bogor di Kecamatan Tanahsareal sebanyak 106 kasus, Kecamatan Bogor Utara 102 kasus, Kecamatan Bogor Tengah 58 kasus, Kecamatan Bogor Selatan 44 kasus, Kecamatan Bogor Timur 48 kasus, dan Kecamatan Bogor Barat 100 kasus.
Untuk kelurahan dengan jumlah kasus DBD tertinggi adalah Kelurahan Baranangsiang 29 orang, Kelurahan Ciluar 19, Kedung Badak 19, Tegal Gundil 19 orang, Ciparigi 15, Sindangbarang 17, Bantarjati 16, Katulampa 15, Babakan 14 orang, dan Cibadak 19 orang.
“Kelompok kerja operasional DBD kecamatan dan kelurahan dimohon menggerakkan warganya agar melakukan Gertak PSN seminggu sekali di rumah masing-masing dengan 3M Plus agar penyebaran kasus DBD dapat dikendalikan,” tutur Siti.
M SIDIK PERMANA