TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berpeluang besar menjadi calon Gubernur DKI Jakarta dari PDI Perjuangan dalam Pemilihan Kepala Daerah 2017. Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI petahana yang menyatakan maju lewat jalur independen, bakal mendapat lawan tangguh.
“Peluang Bu Risma, fifty-fifty,” kata Ketua PDIP Andreas Hugo Pareira kepada Tempo pada Sabtu, 7 Mei 2016. Namun, Andreas tak mau menyebutkan siapa pemilik peluang ‘fifty’ yang lain. “Lihatlah, nanti.”
Sebagai ketua umum partai, Megawati Soekarnoputri mempunyai hak prerogatif menentukan calon DKI-1, sebutan untuk Gubernur Jakarta. Dan, Andreas membenarkan bahwa Risma adalah kader PDIP sehingga memiliki wild card yang memungkinkan dia diajukan sebagai calon walau namanya tak tertera dalam deretan pendaftar calon gubernur di Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP DKI Jakarta. Baca: Sindir Ahok, Risma: Saya Tak Beri Mahar Sepeser pun ke PDIP
Pelaksana Tugas Ketua PDIP DKI Jakarta Bambang Dwi Hartono tak menampik kemungkinan ada kader partai yang diajukan oleh Mega di luar yang ada dalam daftar hasil pendaftaran. PDIP DKI Jakarta sudah menutup pendaftaran dan menjaring 34 pendaftar, di antaranya dua kader PDIP: Wakil Gubernur Jakarta Djarot Syaiful Hidayat dan mantan Ketua PDIP Jakarta Boy Sadikin. “Semua kemungkinan bisa terjadi,” ucapnya kepada Tempo.
Simak juga:
Taufik Gerindra: Lebih 'Gape' Yusril ketimbang Ahok
Terungkap, Ini Alasan Jupri Bunuh Pasangan Gay-nya
Makin Seru, Nama Risma Diusung buat Saingi Yusril dan Ahok
Tidur Saat Kapal Bocor, 5 Turis Tewas: Begini Kisahnya
Risma berkali-kali menyatakan tak mau meninggalkan Surabaya untuk berlaga di Jakarta demi menumbangkan Ahok, sapaan Gubernur Basuki, dalam coblosan Februari 2017. Bahkan, dia mengaku pernah menyatakan langsung kepada Mega soal itu.
Memang belum ada perintah langsung Mega kepada Risma untuk maju di Pilkada DKI 2017 sehingga tak mungkin Risma buru-buru mengangguk ketika ditanya perihal pencalonan di DKI. “Belum ada instruksi apa pun dari pengurus pusat kepada Ibu Risma,” kata Wakil Ketua PDIP Kota Surabaya Didik Prasetiyono kepada Tempo pada Ahad, 8 Mei 2016. Baca: Risma Dielus untuk Tantang Ahok, Begini Reaksi PDIP
Walau begitu, PDIP Surabaya sudah merelakan jika Risma hengkang ke Jakarta. Menurut Didik Prasetiyono, PDIP Surabaya justru bangga karena kadernya menjadi role model yang diinginkan warga Jakarta. “Ini harus dipahami sebagai apresiasi bagi Bu Risma,” ucap Didik.
Andreas tak bisa memastikan kapan perintah dari Mega disampaikan kepada Risma. Dia hanya mengatakan, "“Kita lihat saja nanti.”
Seorang tokoh partai banteng menuturkan, Mega tak main-main dalam mengupayakan kemenangan pilkada. Apalagi, PDIP pemenang Pemilu 2014 termasuk di DKI Jakarta.
PDIP ngotot betul untuk menang pilkada di sejumlah daerah kantong suara, seperti DKI Jakarta, Bali, Jawa Tengah, dan Sumatera Selatan. “Khusus untuk Jakarta, Ibu akan turun tangan sendiri,” ucap anggota Dewan Perwakilan Rakyat ini.
Agaknya banteng sudah mendengus. Dia membenarkan pencalonan Risma menjadi perhatian serius di partainya, baik di pusat maupun daerah. Posisi DKI Jakarta yang strategis, antara lain karena Ibukota Negara tempat Presiden RI Joko Widodo berkantor, membuat PDIP memandang Pilkada 2017 sebagai pertaruhan besar. “Risma sedang ditimbang untuk diluncurkan,” ujarnya. Baca: Ahok Komentari Munculnya Poster Risma Calon Gubernur DKI
Andreas tak mau buru-buru menyokong penjelasan koleganya tadi. "Masih ada waktu. Jangan paksakan matahari terik di pagi hari,” kata Andreas beranalogi. Dia beralasan, proses politik masih terus berjalan menjelang pendaftaran Calon Kepala Daerah DKI Jakarta ke Komisi Pemilihan Umum Daerah DKI Jakarta pada Agustus nanti.
Sinyal lebih kuat justru diluncurkan oleh Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto. Di Surabaya pada 1 Mei lalu, orang nomor 2 di PDIP ini mengatakan bahwa partainya terus mempertimbangkan Risma untuk menghadapi Ahok. Menurut Hasto, pertimbangannya adalah dalam Pilkada Surabaya 2015 Risma meraih kemenangan suara di atas 82 persen. Baca: PDIP Siapkan Risma Tantang Ahok, Ada yang Menghindar?
Pemunculan nama Risma tak bisa dilepaskan dari pilihan Ahok maju lewat jalur independen pada awal Maret 2016. Rencana maju lewat PDIP pun diurungkan dengan alasan partai itu tak segera memutuskan secara resmi dirinya sebagai calon gubernur dan Djarot sebagai calon wakilnya.
Para pendukung Ahok menuding PDIP tak serius mengajukan sang jagoan. Tapi, PDIP berpendapat, ada proses di internal yang harus diselesaikan termasuk keinginan sejumlah kader untuk menjadi calon. Apalagi, pendaftaran calon pada Agustus sehingga masih ada waktu untuk mematangkan pencalonan. “Sekarang saya yang di-bully,” kata Mega dalam peluncuran bukunya, Menangis dan Tertawa Bersama Rakyat, pada 24 Maret 2016. Baca: PDIP Akui Siapkan Risma untuk DKI 2017
Agaknya PDIP sudah menutup pintu bagi Ahok. Menurut Andreas Pareira, tak mungkin partainya mendukung Ahok yang memilih jalur perseorangan yang diniliainya lebih mengedepankan individualisme dalam berpolitik. Tapi, PDIP akan tetap menerima Ahok selama dia mengikuti mekanisme partai. “Kalau Ahok mau tobat politik dan kembali ke jalur parpol, kami welcome,” katanya.
Penjelasan Andreas itu terdengar seperti basa-basi politik. Yang terang, penjaringan calon di PDIP DKI Jakarta sudah berakhir. Ahok juga bukan kader partai seperti Risma, yang berpeluang diajukan walau namanya tak tertera dalam daftar 34 nama hasil penjaringan.
Ahok pun sudah telanjur berkoar-koar tak akan bersandar ke partai politik. Dan PDIP merah muka gara-gara itu.
JOBPIE SUGIHARTO
BACA JUGA
Tragedi Yuyun dan Feby: Ini 5 Hal yang Mencemaskan Publik
Poster Risma Beredar, Pesaing Berat bagi Ahok? Ini Kata PDIP