TEMPO.CO, Tangerang - Polisi membawa tiga tersangka ke lokasi pembunuhan Enno Parihah, 19 tahun, di mes PT Poly Global Mandiri, Desa Jati Mulia, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Selasa, 17 Mei 2016. Para tersangka diminta untuk memperagakan ulang pemerkosaan dan pembunuhan yang mereka lakukan pada 12 Mei lalu di tempat itu.
Para tersangka itu adalah Rakhmat Arifin alias Alif, 24 tahun, Imam Hapriadi (20), dan siswa SMP berinisial RA (15). Para tersangka didampingi pengacara mereka, Teddy Wahyudi. “Ada 31 satu adegan yang diperagakan dan itu sesuai dengan pengakuan mereka dalam berita acara pemeriksaan,” kata Teddy.
Adegan dimulai oleh RA yang datang ke mes untuk bertemu dengan Enno. Remaja itu leluasa masuk ke pondokan tersebut karena sebelumnya berkomunikasi dengan Enno lewat pesan pendek. Korban juga sudah membukakan pintu gerbang.
Baca juga:
Begini Adegan Mesra Nikita Willy dengan Putu Gede
Pembunuhan Karyawati: 31 Adegan, Pelaku Sempat Bercumbu
Mes putri itu berbentuk persegi empat dengan 14 kamar. Setelah melewati gerbang, RA langsung menuju kamar paling ujung yang dihuni Enno. Daun pintu kamar sedikit terbuka dan Enno sudah menunggu.
Di kamar itulah RA dan Eno bermesraan dan saling cumbu selama 20 menit. Namun, saat RA mengajak berhubungan intim, Eno menolak karena takut hamil. Penolakan itu membuat RA marah dan kesal. Tanpa berkata-kata di kembali mengenakan pakaian dan meninggalkan mes.
RA kemudian keluar pintu gerbang dan merokok di pinggir jalan. Setelah habis dua batang, muncul Rakhmat Arifin yang baru keluar dari mes pria. Lelaki itu mendekati RA dan bertanya, “Kamu siapa, apa tujuan datang ke sini."
RA mengatakan baru bertemu dengan Indah, penghuni mes putri di kamar paling ujung. Indah yang dia maksud sebenarnya adalah Enno. Sebab ketika berkenalan RA, Enno mengaku bernama Indah. Merasa tidak kenal nama Indah, Arifin kembali bertanya, "Indah siapa?"
RA kemudian menjelaskan ciri-ciri perempuan yang tinggal di kamar paling ujung. Arifin yakin perempuan yang dimaksud RA adalah Enno. “Kalau cewek putih yang ada di kamar pojok namanya Enno," kata Arifin.
Saat Arifin dan RA berdebat, Imam Hapriadi lewat dengan sepeda motor. Karena kenal dengan Arifin, Imam berhenti dan bertanya apa yang diperdebatkan. Saat Arifin menyebut nama Enno, Imam menjadi tertarik. Sebab dia kenal dengan perempuan itu. Bahkan dia beberapa kali mengirim pesan pendek kepada Eno tapi tidak pernah dibalas.
Arifin akhirnya mengajak RA kembali ke mes putri untuk memastikan perempuan yang dimaksud adalah Enno. RA setuju. Imam tertarik untuk ikut. Mereka bertiga masuk ke mes karena pintu gerbang masih terbuka. Pintu kamar Enno juga tidak dikunci. Saat daun pintu di dorong, gadis itu terlihat tengah berbaring di tempat tidur.
Baca: Karyawati Diperkosa, Dibunuh, Ditusuk Cangkul: Ada yang Aneh
Tanpa ada yang memberi komando, Imam langsung membekap wajah Enno dengan bantal. Sedangkan Arifin memegangi kaki gadis itu. Arifin meminta RA mengambil pisau di dapur. RA manut tapi tidak menemukan barang tersebut. Remaja ini akhirnya keluar dari mes dan menemukan cangkul di rumah seorang penduduk yang tinggal tak jauh dari mes.
Saat RA keluar kamar, Arifin memperkosa Enno. Sedangkan Imam tetap membekap wajah korban dengan bantal. Tidak berapa lama RA datang membawa cangkul. Benda itulah yang digunakan RA dan Arifin secara bergantian untuk membunuh korban.
Baca: Polisi Temukan Ponsel di Kantong Celana Pembunuh Eno
Setelah Eno tidak bergerak, Arifin mengambil kain untuk menutup tubuh gadis itu. Satu di antara mereka mengambil telepon seluler milik Eno. Mereka meninggalkan tempat itu, tidak lupa menggembok kamar Enno dari luar.
Tiga hari setelah kejadian itu, polisi menangkap mereka di tempat berbeda. Polisi berhasil mencium jejak tersangka setelah melacak sinyal telepon seluler Enno.
JONIANSYAH HARDJONO
Baca juga:
Karyawati Diperkosa & Dibunuh: 31 Adegan, Pelaku Sempat Bercumbu
Pembunuhan Karyawati, Tersangka Pernah Belajar di Pesantren