TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansah mengatakan cara yang paling efektif untuk meminimalisir jumlah kendaraan yang menyerobot jalur busway adalah dengan menggunakan teknologi.
"Hasil rapat kemarin sebenarnya yang paling efektif ya teknologi informasi," kata Andri di Balai Kota, Senin, 13 Juni 2016.
Setiap pintu perlintasan jalur Jakarta, kata Andri, seharusnya dipasang palang otomatis atau alat deteksi, semacam radio frequency identification (RFID) atau identifikasi frekuensi radio.
Sehingga, jika ada kendaraan yang nekat melintas di jalur busway akan terekam secara otomatis di catatan pelanggaran lalu lintas. "Ini bukan wacana. Saya sudah meminta Transjakarta untuk melakukan seperti itu," kata Andri.
Menurut Andri, masyarakat tidak akan ada yang mau berpaling menggunakan transportasi umum jika belum ada sterilisasi di jalur busway. Namun sebaliknya, jika transportasi DKI Jakarta, khususnya Transjakarta telah berjalan dengan baik maka masyarakat akan lebih memilih naik bus.
"Kalau sudah diterilisasi, Insya Allah masyarakat mau pindah. Mendingan naik bus yang aman, nyaman dan waktunya pasti gitu dong," tutur Andri.
Mulai Senin, 13 Juni 2016, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melarang kendaran selain Transjakarta melintas di jalur busway. Bahkan, Pemprov juga melarang mobil-mobil berpelat RFS, dan mobil milik TNI, Polri, dan diplomat melintasi jalur busway.
Hanya mobil milik menteri berpelat nomor RI yang masih dibolehkan melintasi jalur busway, itupun apabila beralasan untuk rapat dengan presiden. Ahok mengatakan, selain bus Transjakarta, jalur busway hanya bisa digunakan untuk evakuasi.
LARISSA HUDA