TEMPO.CO, Jakarta - Kantor Kepolisian Sektor Pademangan Jakarta Utara, Jumat pagi tadi riuh. Belasan pemuda dan orang tua berpakaian necis mendatangi kantor polisi itu. Mereka tak ingin berunjuk rasa, tapi orang-orang itu hendak menggelar hajat pernikahan di sana.
Calon pengantinnya bukan seorang anggota polisi di sana, melainkan seorang tahanan kasus pengeroyokan dan pembunuhan bernama Sahroni, 22 tahun. Adapun mempelai wanita adalah Dian Novrita, 20 tahun. Dua sejoli itu melangsungkan akad nikah dalam suasana sederhana di kantor polisi itu.
Dian sejak awal sumringah menghadapi hari bahagianya. Mengenakan setelan kebaya warna putih, bersanggul, bergincu merah, ia datang diapit oleh ibu dan calon mertuanya. Tepat di belakangnya, belasan pemuda membawa seserahan berbagai kue yang dibungkus dalam kotak plastik warna putih.
Dadanya berdegup kencang saat melihat Sahroni, yang telah mengenakan pakaian setelan celana warna hitam, berdasi merah, dan baju warna putih sedang menyambutnya. "Rasanya deg-degan," kata Dian saat ditemui sebelum prosesi pernikahan pada Jumat, 22 Juli 2016.
Tapi mendadak tangisnya pecah saat prosesi pernikahan itu akan dimulai. Dia mengaku bahagia sekaligus sedih menikah di Polsek Pademangan. Sementara Sahroni hanya berusaha menyembunyikan rasa gugupnya saat disaksikan keluarga dan pejabat kepolisian di Polsek Pademangan.
Suwarsih, 46 tahun ibu kandung Sahroni juga tak henti-hentinya mengusap air mata saat penghulu menikahkan anaknya. Dia sudah tidak bisa bicara banyak saat melihat anaknya menikah dengan menyandang status tersangka. "Mau gimana lagi, takdirnya begini," ucap dia.
Sejoli itu terpaksa menikah di Mapolsek Pademangan karena Sahroni ditahan oleh polisi. Dia disangka mengeroyok warga Indramayu bernama Jumali, 35 tahun bersama temannya hingga meninggal. Kejadian pengeroyokan tersebut bertepatan pada momen takbir Lebaran.
Kapolsek Pademangan, Andi B. Rahman mengatakan tersangka Sahroni dan Dian sebelumnya merencanakan menikah sejak Ramadan lalu. Tapi karena dia terjerat perkara pidana, mereka membatalkan acara resepsi pernikahan di rumah. Pernikahan itu dipindah ke Mapolsek dengan prosesi sederhana.
Padahal Dian dan Sahroni telah merencanakan resepsi sejak sebulan lalu. Bahkan mereka juga sempat merencanakan bulan madu mendaki gunung berdua. Tapi rencana itu berantakan, gara-gara Sahroni ikut menghajar Jumali.
Pasangan yang telah resmi menyandang status suami-istri itu harus menunda menikmati kebahagiaan berumah-tangga. Termasuk soal rencana malam pertama yang harus ditahan hingga Sahroni selesai menjalani perkara peradilan.
Jika nanti hakim menjatuhkan hukuman maksimal, maka Sahroni akan mendekam selama 12 tahun di penjara. Namun Dian mengaku cukup sabar untuk menunggu suaminya, hingga bebas dari penjara.
Sementara ini dia berencana untuk tinggal bersama ibu kandungnya. Dia berjanji untuk tetap setia. Apalagi mereka telah menjalin asmara hingga 8 tahun lamanya.
Mereka pertama kali dekat saat Dian duduk di bangku kelas satu SMP. Sementara Sahroni saat itu menjadi Ketua OSIS di sekolah yang sama. Cerita Dian, Sahroni kerap memberi sanksi padanya. Meski sebagai adik kelas, Dian tak takut untuk melawan sanksi yang diberikan Sahroni.
"Karena sering berantem, kami jadi semakin dekat," tutur Dian. Sahroni pun jatuh hati padanya. Mereka semakin dekat dan memutuskan pacaran selama 8 tahun. "Sekarang sudah seperti ini, kami jalani aja dulu."
Sebelumnya, Sahroni ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan di malam takbiran sebelum Lebaran beberapa waktu lalu. Kejadian itu bermula saat korban Jumali bersama teman-temannya konvoi melintasi kawasan Pintu II Pekan Raya Jakarta, Jalan Benyamin Sueb, Jakarta Utara. Di saat bersamaan kelompok para tersangka juga sedang nongkrong di tempat tersebut. Saat itu korban yang sedang mabuk mengolok-olok kelompok tersangka.
Tak terima diolok-olok, para tersangka melempar putung rokok ke korban. Mereka pun beradu mulut. Tak lama tawuran pun pecah. Karena kalah jumlah, kelompok korban tunggang-langgang, menyisakan Jumali yang tak bisa kabur karena dalam keadaan mabuk.
Mereka pun membacok korban menggunakan dua samurai dan dua parang. Kata Andi, para tersangka sengaja membeli senjata itu untuk berjaga-jaga di malam takbiran.
AVIT HIDAYAT