TEMPO.CO, Jakarta - Bangunan peninggalan kolonial Belanda, Jembatan Panus, yang ada di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok terancam ambrol. Jembatan yang dibangun pada 1917 itu telah geroak di bagian pondasinya.
Ketua Komunitas Ciliwung Kota Depok Bayu Eko Nurtanto mengatakan pondasi salah satu tiang Jembatan Panus yang tertancap di aliran Ciliwung, sudah jebol. Soalnya, tiang jembatan tersebut dibebani tumpukan sampah. "Saat kami menyelam pondasi tiang sudah jebol," kata Eko, Rabu 17 Agustus 2016.
Menurutnya, jika pondasi jembatan tersebut tidak diperbaiki, bakal berpotensi ambrol. Bahkan, ia melihat tiang jembatan tersebut sudah melayang dan dijejali tumpukan sampah kayu. "Di lihat dari bawahnya memang sudah melayang. Kekutannya hanya di tiang yang ujung," ucapnya.
Pegurus Bidang Aset dan Sejarah Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein Ferdy Jonathans mengatakan beberapa bagian di Jembatan Panus memang telah rusak. Pihaknya telah mecoba mengajukan perbaikan jembatan yang tahun depan berusia 100 tahun itu, ke Pemerintah Kota Depok. "Sampai sekarang belum ada kabarnya. Maret kemarin sudah diajukan di Musrenbang tingkat kota," ucapnya.
YLCC memang ingin melakukan penyelaman untuk mengetahui kondisi pondasi jembatan yang dibangun oleh Andre Laurent, seorang insinyur asal Depok. Soalnya, berdasarkan informasi sejumlah komunitas lingkungan, melihat pondasi jembatan tersebut sudah terkikis.
Apalagi, kata dia, sejumlah bagian dari jembatan dengan panjang 65 meter, lebar 5 meter dan tinggi 10-15 meter itu, sudah banyak yang rusak. Salah satunya tembok jembatan tersebut yang sudah roboh, dan pondasi ada yang termakan oleh akar kayu. "Kami berharap diperbaiki tahun ini. Sebab, tahun depan akan ada perayaan 100 tahun Jembatan Panus."
Jembatan Panus berasal dari nama seorang penjaga jembatan itu, yang merupakan warga asli Depok bernama Stevanus Leanders. Jebatan Panus merupakan salah satu dari tujuh bangunan bersejarah peninggalan Belanda, yang masih tersisa.
Sejak awal jembatan tersebut menjadi saksi bisa perkembangan Kota Depok. Musababnya, Jembatan Panus merupakan satu-satunya jembatan penghubung antara Depok, dengan kota lainnya sebelum tahun 1970. "Satu-satunya jembatan yang berperan dalam roda ekonomi Depok saat itu," ujarnya. "Sebab, awalnya Depok belum ada jalan menuju Pasar Minggu."
Ia menuturkan selain sebagai akses untuk menghubungkan Depok, dengan kota lainnya, Jembatan Panus berfungsi menjadi tempat pemantau debit air Ciliwung. Di Jembatan Panus ada skala pemantau debit air dengan skala sampai 550 sentimeter.
Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Manto berujar rencana perbaikan Jembatan Panus, merupakan ranah pemerintah pusat. Pihaknya, telah mengajukan perbaikan jembatan tersebut, tapi ditolak. "Tahun lalu sudah diajukan. Ditolak dengan alasan sudah dibangunkan Jembatan Panus yang besar," ujarnya.
Depok, kata dia, ingin membangun jembatan tersebut tapi terkendala aturan. Soalnya, semua perawatan jembatan yang melintas di Kali Ciliwung merupakan kewenangan Pemerintah Pusat. "Yang tangani jembatan itu hal ini Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR," ujarnya. "Bukan Depok."
IMAM HAMDI