TEMPO.CO, Jakarta - Hasil survei terbaru Manilka menunjukkan gejala menarik soal pandangan publik terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Survei yang dilakukan pada 6-11 Agustus 2016 menghasilkan temuan tingkat elektabilitas Ahok menurun menjadi 43,6 persen, padahal pada survei Juni lalu 49,3 persen. Tingkat kesukaan masyarakat kepada Ahok pun berkurang, dari semula 62,5 persen menjadi 56,1 persen.
Di sisi lain, popularitas Ahok masih berada di puncak dibandingkan tokoh-tokoh lain, yakni 98,9 persen. “Mayoritas responden mengaku kenal dengan Ahok,” kata Direktur Lembaga Penelitian dan Konsultan Manilka Herzaky Mahendra Putra hari ini, Ahad, 21 Agustus 2016.
Herzaki menjelaskan, survei tersebut dilakukan terhadap 440 responden yang dipilih secara acak di enam wilayah, yaitu Jakarta Utara, Selatan, Barat, Timur, Pusat, dan Kepulauan Seribu. Survei ini memiliki margin error 4,7 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei Manilka mendapat kritik dari peneliti politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Siti Zuhro, yang dikenal kritis terhadap kinerja Ahok selama menjabat Gubernur DKI sejak Oktober 2014, setelah Joko Widodo terpilih menjadi Presiden RI. Menurut Siti, tingkat margin error 4,7 persen sangat berisiko. Siti menilai paling tidak hasil survei bisa dipercaya dengan margin error di bawah 3 persen.
Dia juga memberikan catatan. Siti menilai, apabila survei tersebut dari tim sukses salah satu kelompok, jangan diumumkan ke publik. Sebab, survei bisa menggiring opini publik. Ia mengimbau agar survei yang dihasilkan digunakan secara akademis dan dapat dipertanggungjawabkan. “Harus mencerahkan masyarakat,” ujarnya.
Baca: Survei Pilgub DKI: Popularitas Ahok Jauh Ungguli Calon Lain
Adapun hasil survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada Juli 2016 memperlihatkan keunggulan Ahok atas para pesaingnya dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.
Peneliti Bidang Negara, Kesejahteraan, dan Pembangunan Sosial SMRC, Sirojudin Abbas, mengatakan tujuan survei adalah melihat siapa saja nama-nama tokoh yang berpengaruh dan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan publik. “Sekaligus sebagai masukan kepada publik Jakarta tentang kemungkinannya," tutur Sirojudin di Jalan Cisadane, Jakarta, Kamis, 21 Juli 2016.
Survei ini dilakukan terhadap 820 responden, yakni warga DKI Jakarta yang mempunyai hak pilih serta berumur 16 tahun atau sudah menikah saat survei. Mereka dipilih secara acak. Tingkat toleransi kesalahan survei 3,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Responden yang diwawancarai langsung menjawab pertanyaan terbuka tanpa menyodorkan nama: seandainya pemilihan Gubernur DKI Jakarta dilakukan hari ini, siapa yang akan dipilih? Secara spontan, 36,6 persen responden memilih Ahok. Sedangkan Yusril Ihza Mahendra 2,8 persen, Sandiaga Uno 2,1 persen, dan Adhyaksa Dault 0,7 persen.
Hasil berbeda muncul ketika responden disodorkan nama untuk dipilih. Ahok memperoleh 53,4 persen, Yusril 10,4, Tri Rismaharini 5,7 persen, Sandiaga Uno 5,1 persen, Yusuf Mansur 4,6 persen, dan tidak tahu atau rahasia sebesar 9,4 persen serta calon lainnya di bawah 3 persen.
DANANG FIRMANTO