TEMPO.CO, Jakarta - Jasa Marga memberlakukan gerbang tol otomatis (GTO) di gerbang tol Senayan sejak Selasa, 30 Agustus 2016, untuk mengurai kemacetan di sekitar Semanggi, Jakarta Selatan, khususnya yang mengarah ke Slipi, Jakarta Barat. Upaya mengurai kemacetan itu tak berjalan mulus.
Kepala Subdirektorat Pembinaan dan Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Ajun Komisaris Besar Budiyanto mengatakan, sejak diberlakukannya GTO Senayan, arus lalu lintas semakin macet. "Kemacetannya menjadi luar biasa," katanya kepada Tempo, kemarin.
Budiyanto menjelaskan, kemacetan itu disebabkan adanya kepadatan antrean gerbang yang bertepatan dengan jam pulang kantor atau pukul 17.00-19.00. Selain itu, ada pengendara yang belum memiliki kartu elektronik (e-Toll) tapi memaksa masuk ke pintu GTO Senayan. "Alasannya, mereka tidak tahu, jadi ada yang mundur dan bikin kemacetan," ujarnya.
Petugas Jasa Marga pun telah disiagakan untuk menjual kartu elektronik sebelum masuk ke gerbang Senayan. "Tapi transaksi di GTO masih agak lama karena mungkin ada pengendara baru yang menggunakan e-Toll," ucapnya.
Lau lintas di jalur arteri yang mengarah ke Slipi juga padat akibat beralihnya masyarakat yang tak menggunakan e-Toll. "Ini menambah beban volume kendaraan arteri," katanya. Apalagi, Budiyanto melanjutkan, jarak antara gerbang tol Slipi 1 dan traffic light Slipi terlalu dekat. "Jadi ekor kemacetannya sampai Semanggi," ujarnya.
Pengamat transportasi dari Forum Warga Kota Jakarta, Azas Tigor Nainggolan, mengatakan mengatasi kemacetan di sekitar Semanggi dapat dilakukan dengan pengendalian penggunaan kendaraan pribadi di Sudirman, Thamrin, Gatot Subroto, dan Rasuna Said. "Kebijakan pengendaliannya sepanjang hari, tidak hanya pada jam-jam tertentu," tuturnya.
Sebab, saat ini volume kendaraan di ruas jalan itu sudah semakin padat. "Rata-rata kecepatan kendaraan saja sekarang tinggal 10 kilometer per jam."
AFRILIA SURYANIS