TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku tidak khawatir citranya menurun karena tetap melakukan pembongkaran sejumlah bangunan milik warga Bukit Duri yang berada di bantaran Sungai Ciliwung. "Saya tidak peduli," kata Ahok di Balai Kota DKI, Rabu, 28 September 2016.
Ahok berujar, yang terpenting adalah orang-orang mengingat dan mengenangnya sebagai pemimpin yang mampu membuat titik banjir di Jakarta berkurang. Selain itu, dia ingin dikenang sebagai gubernur yang mampu membenahi Kampung Pulo dan Bukit Duri, meski nantinya tidak terpilih kembali pada pemilihan kepala daerah DKI 2017. "Itu lebih penting bagi saya daripada menjabat lima tahun lagi," ucapnya.
Ahok mengaku tidak ingin dianggap tidak becus bekerja oleh gubernur berikutnya bila harus melalaikan pengerjaan normalisasi Sungai Ciliwung. "Mendingan orang bilang, 'Siapa nih yang bikin? Ahok.' Lumayan nama (saya) dikenang," tuturnya.
Menurut Ahok, nama baik lebih penting daripada sekadar jabatan. Dia pun menyandingkan dirinya dengan Ali Sadikin, Gubernur Jakarta periode 1966-1977, yang seolah masih hidup walau sudah meninggal karena masih banyak orang membicarakannya.
Ahok mengatakan pembongkaran Bukit Duri ingin ia jadikan sebagai pembuktian janjinya mengatasi banjir. Sebab, pembongkaran merupakan upaya dari normalisasi Sungai Ciliwung yang menjadi salah satu janji kampanyenya dan Joko Widodo saat pilkada 2012.
Adapun warga yang terkena gusuran diberikan pilihan untuk menempati Rumah Susun Sewa Rawa Bebek, Jakarta Timur. Namun mereka yang menolak relokasi tersebut memilih menggugat pemerintah secara berkelompok ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Gugatan sudah dilayangkan sejak Mei 2016, dan persidangan masih berlangsung hingga saat ini.
FRISKI RIANA
Baca juga:
Pilkada DKI: Awas, Tiga Jebakan Ini Bisa Kini Ahok Kalah
Dimas Kanjeng dan Peti Ajaib Pengganda Uang, Isinya...