TEMPO.CO, Jakarta - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mencatat ada empat penyebab tren penurunan elektabilitas yang dialami oleh pasangan inkumben, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat.
"Elektabilitas Ahok merosot dari 59,3 persen pada Maret menjadi 31,4 persen pada Oktober," kata Peneliti Senior LSI, Adjie Alfaraby, saat konferensi pers di kantornya pada Selasa, 4 Oktober 2016.
Baca juga:
Heboh Manifesto Komunis: Polisi Ngawur Sita Buku Asal Malaysia?
Ingat Skandal Papa Minta Saham? Aneh, Nama Baik Novanto Dipulihkan
Adjie mengatakan pada Maret lalu elektabilitas Ahok masih unggul di atas semua nama bakal calon gubernur. Saat itu ada sejumlah nama yang digadang-gadang maju, di antaranya Yusril Ihza Mahendra, Tri Rismaharini, Sandiaga Uno, dan Komisaris Jenderal Budi Waseso. Elektabilitas mereka jika ditotal hanya berkisar 30 persen, atau di bawah Ahok yang mendominasi.
Tapi dua bulan kemudian, atau pada Juli, elektablitas Ahok mulai menurun, menjadi 49,1 persen. Penyebab pertama adalah adanya polemik Rumah Sakit Sumber Waras dan isu suap reklamasi. Pada Oktober ini elektabilitas Ahok anjlok menjadi 31,4 persen karena gencarnya pemberitaan miring tentang dia.
Menurut Adjie, isu reklamasi menjadi buah bibir masyarakat luas karena Ahok dianggap memihak kepentingan pengembang. Masyarakat juga kecewa dengan kebijakan penggusuran yang tidak mengedepankan sikap dialogis. Padahal, gubernur pendahulunya, Joko Widodo, selalu melakukan dialogis ke warga sebelum digusur.
Baca juga:
Pilkada DKI: Awas, Tiga Jebakan Ini Bisa Bikin Ahok Kalah
Ingat Skandal Papa Minta Saham? Aneh, Nama Baik Novanto Dipulihkan
Penyebab kedua, yakni sikap pribadi Ahok yang kerap marah-marah di muka publik, membuat masyarakat kecewa. Masyarakat menganggap Ahok sebagai pribadi yang kasar, congkak, arogan, dan inkonsisten saat mengambil sikap. Puncak kekecewaan masyarakat saat ia memilih melalui jalur partai, meski ia sebelumnya mengkritik partai yang memelihara budaya mahar.
Penyebab ketiga, ada sekitar 40 persen warga yang menolak pemimpin non-muslim. Menurut Adjie, jika isu ini dimainkan oleh lawan politik Ahok, maka akan mempengaruhi elektabilitasnya. Tapi, hal ini belum tentu mengubah pendirian masyarakat yang sudah memilih Ahok.
Penyebab keempat, masyarakat membutuhkan figur baru yang lebih segar dan muda. Apalagi dengan munculnya pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uni dan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Kedua pasangan itu dianggap bersih dari korupsi dan bisa memimpin Jakarta.
Survei ini dilakukan LSI sejak sehari pasangan calon mendaftar ke KPUD DKI Jakarta. Mereka melakukan survei pada 26 hingga 30 September 2016. Survei dilakukan dengan metode standar milik LSI, Multistage Random Sampling dengan margin error 4,8 persen. Responden yang dilibatkan mencapai 440 responden yang tersebar di Jakarta dan dari berbagai kalangan.
AVIT HIDAYAT
Baca juga:
Keterpilihan Ahok Merosot: Inilah 3 Hal Menarik & Mengejutkan
Heboh Manifesto Komunis: Polisi Gegabah Sita Buku Malaysia