TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memulai investigasi kasus kebakaran penumpang Zahro Express di perairan Kepulauan Seribu, Ahad, 1 Januari 2017. Sebuah tim yang terdiri atas tiga orang telah dibentuk.
“Kami sedang mengumpulkan data faktual dari lapangan, termasuk wawancara dengan kru dan penumpang,” kata Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono saat dihubungi, Senin, 2 Januari 2017. Pemeriksaan terhadap enam awak kapal, termasuk nakhoda Muhammad Nail, akan dilakukan hari ini.
Untuk melakukan investigasi, kata Nail, timnya telah berangkat ke gelanggang kapal. Di sana mereka mencari gambaran terkait dengan peralatan keselamatan yang dipasang di tiap kapal. Soerjanto mengaku belum bisa menyimpulkan hasil penyelidikan ini. Umumnya, penyelidikan membutuhkan waktu hingga tiga bulan.
Meski begitu, menurut Nail, dari temuan KNKT sementara, standar pelampung yang dimiliki setiap kapal di sana telah memenuhi standar. Banyaknya penumpang Zahro Express yang tak mendapat pelampung, ia menduga, disebabkan kondisi penumpang di dalam kapal yang sedang panik.
Nail menjelaskan, selama ini pelampung disimpan di beberapa tempat. "Apinya cepat membesar sehingga para penumpang untuk menuju tempat pelampung mungkin enggak ada aksesnya,” ujarnya
Tim investigasi dipimpin Aldrin Dalimunte. Dari data yang dikumpulkan Kementerian Perhubungan, penumpang kapal Zahro Express dipastikan berjumlah 184 orang. Sebanyak 130 korban selamat, sementara 23 korban lain tewas.
Sisanya masih dirawat di beberapa rumah sakit, yakni Rumah Sakit Atmajaya dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Selain itu, beberapa korban dirawat di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati; Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk; dan Rumah Sakit Pluit.
EGI ADYATAMA