TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Depok mengakui tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Cipayung hanya sanggup menampung sampah untuk enam bulan ke depan.
"Sebenarnya sudah overload TPA Cipayung, tapi masih dipaksakan," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Depok Eti Suryati saat meninjau TPA Cipayung, Kamis, 5 Januari 2017.
Ia menuturkan ketinggian TPA Cipayung sudah mencapai 33 meter. Dikhawatirkan, bila terus dipaksakan, gunungan sampah tersebut bisa longsor dan membahayakan warga yang mengais sampah di sana.
Apalagi setiap hari warga Depok memproduksi 1.200 ton sampah. Adapun sampah yang masuk ke TPA Cipayung mencapai 700-750 ton per hari. "Sisanya ada yang diolah di UPS, bank sampah, dan masih ada yang dibuang secara liar," ujarnya.
Untuk mengatasi krisis itu, Pemerintah Kota Depok menargetkan pembukaan kolam D sebagai tempat penampungan sampah di TPA Cipayung pada tahun ini. Kolam seluas 5.000 meter tersebut dibuka karena sampah di tiga kolam yang ada sudah melebihi kapasitas.
Eti Suryati mengatakan pemerintah telah menganggarkan untuk pembukaan kolam D sebesar Rp 7 miliar tahun ini. Berdasarkan kajian pemerintah, kolam D yang bakal dibuka tersebut mampu menampung sampah warga Depok untuk setahun ke depan. Pembukaan kolam tersebut merupakan alternatif penanganan sampah jangka pendek di Depok, sambil menunggu dibukanya Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Nambo di Kabupaten Bogor.
Selain itu, Depok sedang menjajaki teknologi pengolahan sampah yang dilakukan di Bantargebang, Bekasi. "Kerja sama dengan Bekasi untuk pengolahan sampah sudah dilakukan. Sekarang sedang dibuat feasibility study atau studi kelayakannya," ucapnya.
Anggota Komisi C DPRD Kota Depok, Sri Utami, mengatakan sampah di TPA Cipayung memang sudah melebihi kapasitas sejak tahun lalu. Sampai sekarang masih dipaksakan karena tidak ada lagi alternatif lokasi untuk membuang sampah. "Untuk itu, ke depannya, Depok mesti memanfaatkan teknologi pengolahan sampah," tuturnya.
IMAM HAMDI