TEMPO.CO, Jakarta - Amirullah Aditya Putra, 18 tahun, taruna tingkat I Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, tewas setelah dianiaya beberapa kakak kelasnya pada Selasa malam, 10 Januari 2017. Calon pelaut itu tak akan pernah bisa berlayar.
Nenek Amir, Supiah, 64 tahun, mengatakan cucunya ingin mengikuti jejak kakek dan pamannya bekerja di laut. Karena itulah Amir mendaftar ke STIP Marunda setelah lulus SMA.
Baca: Firasat Kakek Taruna STIP yang Tewas
Supiah tak menyangka Amir akan meninggal karena mengalami kekerasan dari kakak kelasnya. Apalagi dia mengenal Amir sebagai anak yang pendiam. “Jadi jarang cerita tentang keadaan di sekolah,” katanya di rumahnya, di Warakas, Rabu, 11 Januari 2016.
Menurut Supiah, sifat Amir berbeda dengan saudara kembarnya, Amarullah. Keduanya diurus oleh kakek dan neneknya sejak kelas 1 SD. “Ada juga kakaknya di sini,” ujarnya.
Sebagai taruna, Amir harus tinggal di mes selama hari sekolah. Ia pulang ke rumah pada akhir pekan di sore hari. “Lalu kembali ke mes pada hari Minggu,” ucap Supiah.
Amir meninggal setelah dianiaya kakak kelasnya di sekolah. Lima orang taruna tingkat II sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tewasnya Amir. Empat orang sudah mengakui menganiaya Amir, sedangkan satu orang lagi ikut menganiaya teman Amir.
Amir sendiri bukan korban satu-satunya. Sejumlah teman seangkatannya pun mengalami kekerasan setelah mengikuti latihan drum band di hari nahas itu. Menurut polisi, Amir dipukul dengan tangan kosong pada bagian perut, dada, dan ulu hati.
MARIA FRANSISCA