TEMPO.CO, Jakarta - Belasan korban tragedi bom Thamrin berkumpul di jalur pedestrian, tepat di depan gerai Starbucks di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu, 14 Januari 2017. Di bawah rintik hujan, mereka bersama komunitas korban bom terorisme Jalan M.H. Thamrin atau Sahabat Thamrin, Aliansi Indonesia Damai (AIDA), dan Yayasan Penyintas Indonesia membentangkan spanduk dan karangan bunga.
"Hari ini kami berkumpul memperingati tragedi setahun lalu," kata Direktur AIDA Hasibullah Satrawi yang tengah memberikan arahan kepada massa untuk melakukan aksi damai. Puluhan orang kompak menggunakan kaus putih.
Baca: Polisi Korban Bom Thamrin: Saya Heran Masih Hidup
Tepat pukul 09.45, mereka menyeberang ke pos lalu lintas yang berada tepat di traffic light perempatan Jalan M.H. Thamrin. Di sana, mereka menempatkan karangan bunga berwarna putih. Mereka juga menabur kembang tujuh rupa di sekitarnya. Suasana duka tampak dari wajah orang-orang yang hadir, salah satunya Dwi Siti Romdhoni yang menjadi korban selamat peristiwa ledakan bom itu.
Ingatan atas peristiwa yang terjadi satu tahun silam itu masih membekas. Apalagi kenangan tersebut juga membentuk sebuah bekas luka di leher bagian belakangnya.
Saat kejadian, Dwi sedang berada di dalam gerai Starbucks. Posisinya tepat di dekat tempat pengambilan makanan dan minuman. "Saya mengalami patah tulang leher belakang kurang-lebih 3 sentimeter," ujarnya.
Selain Dwi, wajah Inspektur Dua Denny Mahieu juga tampak murung. Di antara korban dan massa yang kompak memakai baju berwarna putih, anggota kepolisian lalu lintas itu memakai kaus oranye. Setelah menunjukkan bekas luka di sekujur tangan dan kaki kanannya, Denny bergumam, "Saya heran masih bisa hidup sampai sekarang. Harusnya sudah mati."
Dia sendiri tak tahu berapa banyak jahitan memenuhi kulitnya setelah menjalani operasi. "Diri saya kayak mumi (jenazah yang terbungkus perban)," tuturnya. Setelah terkena ledakan bom, dia mengaku harus dirawat di rumah sakit selama beberapa bulan. Bahkan hingga kini dia masih harus melakukan rawat jalan lantaran rasa sakit yang kerap muncul.
FRISKI RIANA