TEMPO.CO, Jakarta - Mohammad Supriadi tampak lahap memakan nasi kotak pemberian polisi di depan gerbang Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya. Supriadi adalah salah satu di antara ratusan massa lain yang ikut mengawal pemimpin Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Syihab, yang diperiksa polisi pada hari ini, 23 Januari 2017.
Supriadi masih berusia 14 tahun. Ia pun baru bersekolah di kelas VI Sekolah Dasar Terbuka atau sekolah Paket A di Karet Tengsin, Jakarta Pusat. "Saya ingin membela Islam," kata dia polos ihwal alasannya ada di depan Markas Polda Metro bersama ratusan anggota FPI lainnya.
Supriadi mengatakan sudah bertekad untuk ikut aksi ini demi membela agamanya. Beruntung sekolah yang diikuti adalah kelas malam, sehingga siang ia tak bersekolah seperti anak-anak lain seusianya.
Supriadi kemudian mengungkapkan alasannya tak bersekolah di sekolah reguler. Menurut dia, pada kelas III SD dia kerap dirisak (di-bully) oleh teman-temannya. Supriadi sempat tak sekolah selama tiga bulan. Akhirnya ia melanjutkan sekolah di PKBM 02, Karet Tengsin, Jakarta Pusat.
Di waktu senggang ia rajin mengikuti berbagai pengajian dan hadrah. "Saya mengikuti beberapa pengajian untuk mendapat pahala," kata Supriadi. Setelah lulus sekolah paket A, ia berkeinginan melanjutkan pendidikan ke pesantren.
Supriadi yang bertempat tinggal di Jatibunder 7 sudah mengikuti berbagai kegiatan aksi FPI. Menurut dia, yang paling berkesan saat ikut aksi 212. "Mengesankan karena zikir bersama banyak orang. Kepergiannya pagi ini diketahui oleh kakak dan ibunya. Namun, ayahnya tidak tahu karena masih tidur.
MARIA FRANSISCA