TEMPO.CO, Bekasi - Kepolisian Resor Metropolitan Bekasi mendatangkan ahli konstruksi untuk menyelidiki ambruknya atap Sekolah Menengah Atas 1 Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. "Mendatangkan ahli untuk mengetahui penyebab runtuhnya atap," kata Kepala Polres Metro Bekasi Komisaris Besar Asep Adi Saputra, Rabu, 1 Maret 2017.
Menurut Asep, konstruksi atap bangunan sekolah tersebut terbuat dari baja ringan. Adapun gentingnya terbuat dari tanah liat. Polisi tidak ingin berasumsi perihal penyebab ambruknya atap tersebut. "Masih dalam penyelidikan, kami tidak bisa berandai-andai," ucapnya.
Sementara itu, Camat Muara Gembong Fahrurozi menuturkan bangunan yang atapnya ambruk dibangun pada 2014 menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dari Direktorat Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta hasil swadaya. Ia tak mengetahui total anggaran yang dihabiskan waktu itu. "Yang ambruk atapnya saja. Kalau dindingnya, tidak," ujarnya.
Baca: Atap Sekolah di Muara Gembong Runtuh, 28 Siswa Jadi Korban
Fahrurozi mengaku tidak mengetahui penyebab pasti ambruknya atap tersebut. Karena itu, pihaknya menyerahkan kasus tersebut kepada pihak berwenang. "Kalau penyebab pasti, tanyakan kepada kepolisian," katanya.
Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi Andensyah mendesak polisi menyelidiki insiden ambruknya atap sekolah tersebut. "Harus ada pihak yang bertanggung jawab," ucapnya.
Kepala Puskesmas Muara Gembong Rahmat berujar, jumlah korban atap ambruk sebanyak 27. Dua orang di antaranya menderita luka di bagian kepala. Sedangkan 25 lain hanya mengalami luka ringan. "Tidak ada yang sampai dirawat," tuturnya.
Ia mengatakan siswa yang berada di dalam ruangan saat peristiwa itu terjadi cukup beruntung. Sebab, saat atap ambruk, material tak langsung jatuh ke bawah karena tertahan plafon di ruang kelas X IPS 2 dan 3. Jadi puluhan siswa itu mempunyai waktu untuk menyelamatkan diri ke luar kelas. "Ketika keluar itu berdesakan, sehingga terjadi benturan. Mayoritas korban syok," ucapnya.
ADI WARSONO