TEMPO.CO, Jakarta - Agustinus Woro sudah lebih dari 24 jam bertahan di puncak menara reklame simpang empat Slipi, Jakarta Barat. Dia sama sekali tidak terusik meski hujan turun cukup deras. Hingga berita ini ditulis, pria asal Flores, Nusa Tenggara Timur, itu belum memperlihatkan tanda-tanda akan turun.
Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Tanah Abang Komisaris Mustakim mengatakan pihaknya sudah berusaha membujuk Agustinus untuk mengakhiri aksinya. Namun pria itu justru menyerang dengan bambu yang ia bawa. "Kemarin disuruh turun sama Brimob. Eh, malah Brimob-nya ditusuk-tusuk pakai bambu," ucapnya saat dihubungi Tempo, Rabu, 1 Maret 2017.
Mustakim berujar, polisi hanya bisa membiarkan Agustinus bertahan di puncak menara. "Dirayu enggak mau. Ya sudah, (sementara) didiamkan dulu," tuturnya.
Baca: Panjat Menara Papan Reklame, Pria Ini Bawa Bekal Makanan
Sebelumnya, Wakil Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat Ajun Komisaris Besar Asep Guntur mengatakan Agustinus menghalau polisi dengan tiang bendera yang dibawanya. "Itu berbahaya bagi tim kami, baik dari Gegana maupun pemadam kebakaran," ucap Asep saat ditemui di lokasi kejadian.
Karena Agustinus menolak turun, ujar Asep, kepolisian tidak menetapkan batas waktu untuk menurunkan pria 48 tahun itu. "Bagaimana kemauan dia saja. Kalau kami paksa, kemudian dia loncat, itu akan membahayakan dan tidak baik bagi kami," tuturnya.
Agustinus dikabarkan juga pernah melakukan aksi serupa di Kedoya, Grogol, dan Senen. Setiap memanjat reklame, Agustinus selalu membawa spanduk bertuliskan "Tangkaplah daku akan aku berikan pembunuh anak yatim-piatu padamu". Tulisan itu merujuk pada protesnya terkait dengan kematian keponakannya, David Natalis.
David, yang merupakan anak yatim-piatu, meninggal akibat kecelakaan pada Juni 2016. Agustinus merasa janggal dengan penyebab kematian David. Dia ingin penyebab kematian David diusut karena sebelum kecelakaan David sempat ingin diambil kembali orang tua asuhnya, anggota TNI di Flores.
Asep mengatakan polisi akan berupaya membujuk Agustinus agar bersedia turun. Menurut dia, keberadaan Agustinus di atas reklame membahayakan dirinya sendiri. Selain itu, aksi Agustinus itu mengganggu karena pengguna jalan yang penasaran dengan aksi itu berusaha menghentikan kendaraannya hingga menimbulkan kemacetan.
Nantinya, menurut Asep, Agustinus akan diserahkan polisi kepada Dinas Sosial DKI Jakarta lebih dulu setelah berhasil diturunkan dari reklame tersebut. "Akan kami lihat bagaimana hasil tesnya, apakah ada kelainan jiwa atau tidak," ujar Asep.
INGE KLARA | ANGELINA ANJAR