TEMPO.CO, Depok - Penjaga indekos Wisma Widya, Edi Sukardi, mengatakan pemilik tempat kos itu merugi sekitar Rp 14 juta karena kasus kematian Akseyna Ahad Dori belum juga terungkap sejak dua tahun lalu. Akseyna telah tinggal di kamar 208 Wisma Widya, yang berlokasi dekat Universitas Indonesia, Depok, sejak Juli 2014.
"Sejak dua tahun kosong. Sebab, polisi belum membolehkan kamar itu disewakan kembali," kata Edi, Jumat, 24 Maret 2017.
Sewa per bulan untuk kamar yang dihuni Akseyna tersebut Rp 550 ribu. Namun, sejak 2016 harga sewa kamar di Wisma Widya dinaikkan menjadi Rp 600 ribu sehingga pemilik kos merugi hampir Rp 14 juta.
"Jelas merugi. Sebab, kamar itu tidak bisa digunakan, sampai penyelidikan polisi selesai," ucapnya.
Baca: Terungkap Kasus Akseyna, Polisi: Pembunuhnya Orang Terdekat
Mayat Akseyna, yang kerap disapa Ace, ditemukan mengambang di danau Kenangan UI, Kamis, 26 Maret 2015. Polisi menduga mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam itu menjadi korban pembunuhan dengan sejumlah bukti yang telah ditemukan polisi selama penyelidikan.
Kendati kasus kematian Akseyna belum terungkap, Edi ingin menanyai pihak kepolisian kapan kamar Ace bisa disewakan lagi. Soalnya, hanya kamar itu, dari 27 kamar di Wisma Widya yang masih kosong.
"Doa dan harapan saya kalau dibunuh, pelakunya cepat ditangkap. Sebab, sudah dua tahun kasusnya," ujar Edi.
Baca: Dua Tahun Kematian Akseyna, Polisi Belum Punya Bukti Baru
Pria 54 tahun itu mengenal Ace sebagai pribadi yang baik, tapi pendiam. Edi sempat melihat Ace, dua hari sebelum mayatnya ditemukan di danau Kenanga UI. "Saya terakhir melihat dia turun ke bawah Selasa malam, untuk minum sekitar pukul 23.30," ucapnya.
Setelah ditemukan mayat, identitasnya baru terungkap empat hari kemudian. Awalnya, polisi sempat mengatakan korban meninggal karena bunuh diri, kemudian diralat dengan menyatakan Akseyna diduga dibunuh orang terdekatnya.
Keyakinan penyidik menganggap itu kasus bunuh diri karena seorang teman Akseyna menemukan surat wasiat di kamar kos korban. Namun belakangan, seorang grafolog meyakini surat tersebut bukan ditulis Akseyna.
Diduga, surat tersebut sengaja ditulis seseorang untuk mengalihkan perhatian polisi agar polisi menyimpulkan Akseyna tewas bunuh diri. Adapun, isi pesan yang diduga ditulis dua orang itu, ditulis dengan bahasa Inggris, yang bunyinya, "Will not return for please don’t search for existence my apologies for everything eternally."
IMAM HAMDI